WPI Panen Perdana di Banyuasin, Optimistis Kemitraan Sejahterakan Petani
Selasa, 30 Januari 2024 - 17:53 WIB
BANYUASIN - PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) melakukan panen padi perdana di Desa Mukti Jaya, Muara Telang, Banyuasin, Sumatera Selatan. Panen perdana bersama petani binaan ini juga menandai beroperasinya pabrik WPI Palembang di Banyuasin.
Presiden Direktur PT WPI Saronto mengatakan, sebenarnya pihaknya rencananya tahun lalu menerima gabah dari sini. Namun karena pabrik belum siap maka rencana tersebut ditunda tahun ini. Tujuan kemitraan untuk meningkatkan kesejahteraan petani . ”Bukan mimpi. Meningkatkan produktivitas sawah di sini. Dari 6 ton jadi 8 ton per ha,” kata Saronto saat panen perdana, Senin (29/1/2024).
Menurutnya, meningkatkan produktivitas bisa dilakukan tanpa harus menambah lahan pertanian. Caranya dengan menggunakan bibit unggul. ”Bukan sembarang, pake bibit bersertifikat,” ujarnya.
Kemudian penggunaan pupuk yang tepat. Baik waktu maupun jenisnya. Tidak bisa hanya bergantung pupuk bersubsidi. Dengan pola kemitraan ini, Wilmar menjamin petani bisa mendapatkan pupuk secara tepat waktu dan komposisi.
Faktor penentu produktivitas selanjutnya yakni penggunaan pestisida. Tim WPI melakukan pantau lapangan sehingga penggunaan pestisida tidak merusak sawah.
”Kita juga usahakan ada asuransi. Biasanya petani utang kalua gagal panen. Dengan adanya asuransi ini maka ada penggantian memanam kembali. Jadi tidak perlu utang. Semua untung,” tandasnya.
Di depan para petani, Saronto juga mengharapkan mereka taat dengan komitmen. Artinya ketika petani sudah dibantu pendampingan, suplai bibit dan pupuk, petani menjual hasil panennya ke WPI. Bukan ke pihak lain. ”Saya yakin di Muara Telang ini, petaninya setia,” tandasnya.
Di Sumatera Selatan sendiri, sudah ada 2.300 ha lahan pertanian yang bermitra dengan WPI. Kabupaten Banyuasin berkontribusi paling besar sekitar 2.200 hektare. Bahkan, Kecamatan Muara Telang mencapai 1.005 hektare. Lahan tersebut tersebar di Banyuasin, Ogan Ilir, dan Oku Timur.
Tahun ini WPI menargetkan kemitraan sebanyak 5.000 hektare dengan petani di Sumsel. ”Di Sumsel saat ini kita fokus di tiga wilayah ini,” tuturnya.
Sedangkan secara nasional, tahun ini WPI menargetkan kemitraan 20.000 ha atau meningkat 58,7% dibandingkan dengan tahun lalu sebanyak 12.600 hektare. Saat ini WPI sudah beroperasi di 19 kabupaten di Indonesia yang tersebar di Jawa Timur, Banten, Lampung, Sumsel, dan Sumut.
Mustakim, salah seorang petani mengaku senang dengan pola kemitraan dari WPI ini. Dengan pola ini maka mengurangi biaya pengeluaran. Dia juga meminta WPI untuk memberikan solusi agar kesuburan tanah bisa tetap terjaga. ”Kami mohon dibantu utk meningkatkan kesuburan tanah,” katanya.
Presiden Direktur PT WPI Saronto mengatakan, sebenarnya pihaknya rencananya tahun lalu menerima gabah dari sini. Namun karena pabrik belum siap maka rencana tersebut ditunda tahun ini. Tujuan kemitraan untuk meningkatkan kesejahteraan petani . ”Bukan mimpi. Meningkatkan produktivitas sawah di sini. Dari 6 ton jadi 8 ton per ha,” kata Saronto saat panen perdana, Senin (29/1/2024).
Menurutnya, meningkatkan produktivitas bisa dilakukan tanpa harus menambah lahan pertanian. Caranya dengan menggunakan bibit unggul. ”Bukan sembarang, pake bibit bersertifikat,” ujarnya.
Kemudian penggunaan pupuk yang tepat. Baik waktu maupun jenisnya. Tidak bisa hanya bergantung pupuk bersubsidi. Dengan pola kemitraan ini, Wilmar menjamin petani bisa mendapatkan pupuk secara tepat waktu dan komposisi.
Faktor penentu produktivitas selanjutnya yakni penggunaan pestisida. Tim WPI melakukan pantau lapangan sehingga penggunaan pestisida tidak merusak sawah.
”Kita juga usahakan ada asuransi. Biasanya petani utang kalua gagal panen. Dengan adanya asuransi ini maka ada penggantian memanam kembali. Jadi tidak perlu utang. Semua untung,” tandasnya.
Di depan para petani, Saronto juga mengharapkan mereka taat dengan komitmen. Artinya ketika petani sudah dibantu pendampingan, suplai bibit dan pupuk, petani menjual hasil panennya ke WPI. Bukan ke pihak lain. ”Saya yakin di Muara Telang ini, petaninya setia,” tandasnya.
Di Sumatera Selatan sendiri, sudah ada 2.300 ha lahan pertanian yang bermitra dengan WPI. Kabupaten Banyuasin berkontribusi paling besar sekitar 2.200 hektare. Bahkan, Kecamatan Muara Telang mencapai 1.005 hektare. Lahan tersebut tersebar di Banyuasin, Ogan Ilir, dan Oku Timur.
Tahun ini WPI menargetkan kemitraan sebanyak 5.000 hektare dengan petani di Sumsel. ”Di Sumsel saat ini kita fokus di tiga wilayah ini,” tuturnya.
Sedangkan secara nasional, tahun ini WPI menargetkan kemitraan 20.000 ha atau meningkat 58,7% dibandingkan dengan tahun lalu sebanyak 12.600 hektare. Saat ini WPI sudah beroperasi di 19 kabupaten di Indonesia yang tersebar di Jawa Timur, Banten, Lampung, Sumsel, dan Sumut.
Mustakim, salah seorang petani mengaku senang dengan pola kemitraan dari WPI ini. Dengan pola ini maka mengurangi biaya pengeluaran. Dia juga meminta WPI untuk memberikan solusi agar kesuburan tanah bisa tetap terjaga. ”Kami mohon dibantu utk meningkatkan kesuburan tanah,” katanya.
(poe)
tulis komentar anda