Sulitnya Mewujudkan Ketahanan Energi di Negeri Cincin Api
Kamis, 13 Agustus 2020 - 17:06 WIB
Para pakar energi mengatakan, ada tiga hal yang harus dilakukan. Yakni, mengurangi ketergantungan pada minyak bumi dengan mengembangkan sektor gas alam dan gas nonkonvensional. Mengurangi beban subsidi BBM. Terakhir diversifikasi energi mix yang terdiversifikasi melalui energi terbarukan.
Sudah jadi takdir negeri ini, memiliki pemandangan alam yang menakjubkan. Termasuk diantaranya memiliki banyak gunung api. Sehingga sering kali Indonesia dikatakan sebagai negara yang tepat berada di ring on fire dunia.
Dari catatan yang ada, di Indonesia terdapat 400 gunung. Dari jumlah tersebut , 130 diantaranya merupakan gunun api yang aktif, dan itu menjadikan Indonesia sebagai negara di dunia yang paling banyak memiliki gunung api.
Berada di kawasan cincin api dunia ,tentunya membuat Indonesia memiliki ancaman bencana erupsi gunung api dan gempa bumi. Namun begitu, dibalik potensi bahaya yang mengancam itu, Indonesia dianugrahi tersedianya sumberdaya panas bumi (geothermal) yang ramah lingkungan.
Kementerian ESDM menyebutkan, ada 299 lokasi panas bumi yang tersebar di 26 provinsi dengan total potensi mencapai 28.617 megawatt (MW) atau 40% dari potensi panas bumi dunia. Meski begitu , hingga kini pengembangannya baru mencapai 1.341 MW atau 4,6% dari potensi yang ada.
Di negara lain, energi panas bumi banyak dimanfaatkan hanya sebagai treatment untuk merawat tubuh (spa), budidaya jamur dan membantu memproduksi kertas. Itu karena uap panasnya masih di bawah 70 derajat.
Di Indonesia panas bumi suhunya bisa mencapai di atas 250 derajat celcius, sehingga bisa dimanfaatkan untuk memproduksi listrik. Penggunaan panas bumi untuk membangkitkan setrum ini jelas dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) untuk keperluan produksi listrik. Tak hanya itu, sumber energi panas bumi ini juga memiliki sejumlah kelebihan.
Kendala dan Resikonya Besar
Energi panas bumi bukan hanya bersih dan terbarukan. Persediaannya dapat diprediksi dan konstan, tak terpengaruh oleh kondisi cuaca maupun waktu. Energi yang berasal dari geothermal tidak dapat diekspor, sehingga bisa diupayakan secara masksimal untuk mencukupi kebutuhan energi domestik. Energi yang dihasilkan pun bersifat jangka panjang hingga puluhan tahun, dan ramah lingkungan.
Sudah jadi takdir negeri ini, memiliki pemandangan alam yang menakjubkan. Termasuk diantaranya memiliki banyak gunung api. Sehingga sering kali Indonesia dikatakan sebagai negara yang tepat berada di ring on fire dunia.
Dari catatan yang ada, di Indonesia terdapat 400 gunung. Dari jumlah tersebut , 130 diantaranya merupakan gunun api yang aktif, dan itu menjadikan Indonesia sebagai negara di dunia yang paling banyak memiliki gunung api.
Berada di kawasan cincin api dunia ,tentunya membuat Indonesia memiliki ancaman bencana erupsi gunung api dan gempa bumi. Namun begitu, dibalik potensi bahaya yang mengancam itu, Indonesia dianugrahi tersedianya sumberdaya panas bumi (geothermal) yang ramah lingkungan.
Kementerian ESDM menyebutkan, ada 299 lokasi panas bumi yang tersebar di 26 provinsi dengan total potensi mencapai 28.617 megawatt (MW) atau 40% dari potensi panas bumi dunia. Meski begitu , hingga kini pengembangannya baru mencapai 1.341 MW atau 4,6% dari potensi yang ada.
Di negara lain, energi panas bumi banyak dimanfaatkan hanya sebagai treatment untuk merawat tubuh (spa), budidaya jamur dan membantu memproduksi kertas. Itu karena uap panasnya masih di bawah 70 derajat.
Di Indonesia panas bumi suhunya bisa mencapai di atas 250 derajat celcius, sehingga bisa dimanfaatkan untuk memproduksi listrik. Penggunaan panas bumi untuk membangkitkan setrum ini jelas dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) untuk keperluan produksi listrik. Tak hanya itu, sumber energi panas bumi ini juga memiliki sejumlah kelebihan.
Kendala dan Resikonya Besar
Energi panas bumi bukan hanya bersih dan terbarukan. Persediaannya dapat diprediksi dan konstan, tak terpengaruh oleh kondisi cuaca maupun waktu. Energi yang berasal dari geothermal tidak dapat diekspor, sehingga bisa diupayakan secara masksimal untuk mencukupi kebutuhan energi domestik. Energi yang dihasilkan pun bersifat jangka panjang hingga puluhan tahun, dan ramah lingkungan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda