Penjualan CPO Turun, Laba Astra Agro Anjlok Jadi Rp1,05 Triliun
Jum'at, 23 Februari 2024 - 15:24 WIB
JAKARTA - PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) membukukan laba bersih senilai Rp1,05 triliun pada tahun 2023. Capaian itu jatuh 38,8% year-on-year (yoy) dibandingkan periode sama tahun 2022 yang mencapai Rp1,72 triliun.
Alhasil laba per saham dasar AALI merosot di level Rp548,61 per saham, dari semula Rp897,08 per saham. Kinerja ini tak terlepas dari pendapatan AALI yang merosot 4,96% yoy mencapai Rp20,74 triliun.
Hal ini berlangsung akibat penurunan penjualan minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya yang mencapai Rp19,2 triliun, disusul inti sawit dan turunan yang hanya Rp1,5 triliun.
Dari sisi geografis, serapan penjualan yang turun berasal dari Sumatra dan Sulawesi, sedangkan wilayah Kalimantan masih meningkat dari tahun sebelumnya, demikian mengutip keterbukaan informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (23/2/2024).
Beban pokok ikut terpangkas mengikuti performa penjualan. Namun biaya umum dan administrasi hingga ongkok justru membengkak, yang sebagian besar merupakan beban pengiriman dan ongkos angkut.
Saat penjualan inti turun, AALI mampu ditopang oleh pendapatan lain-lain dari diversifikasi bisnis sawit sebesar Rp443,68 miliar. Dari sisi neraca, total aset perseroan terpangkas 1,3% yoy menjadi Rp28,84 triliun. Jumlah kewajiban utang atau liabilitas turun 10,3% yoy di angka Rp6,28 triliun, sedangkan ekuitas terjaga 1,4% senilai Rp22,5 triliun.
Kas yang tersisa akhir 2023 mencapai Rp2,08 triliun, mengalami kenaikan hampir Rp500 miliar akibat peningkatan arus kas operasional, hingga penurunan keperluan pembayaran utang bank.
Alhasil laba per saham dasar AALI merosot di level Rp548,61 per saham, dari semula Rp897,08 per saham. Kinerja ini tak terlepas dari pendapatan AALI yang merosot 4,96% yoy mencapai Rp20,74 triliun.
Hal ini berlangsung akibat penurunan penjualan minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya yang mencapai Rp19,2 triliun, disusul inti sawit dan turunan yang hanya Rp1,5 triliun.
Dari sisi geografis, serapan penjualan yang turun berasal dari Sumatra dan Sulawesi, sedangkan wilayah Kalimantan masih meningkat dari tahun sebelumnya, demikian mengutip keterbukaan informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (23/2/2024).
Beban pokok ikut terpangkas mengikuti performa penjualan. Namun biaya umum dan administrasi hingga ongkok justru membengkak, yang sebagian besar merupakan beban pengiriman dan ongkos angkut.
Saat penjualan inti turun, AALI mampu ditopang oleh pendapatan lain-lain dari diversifikasi bisnis sawit sebesar Rp443,68 miliar. Dari sisi neraca, total aset perseroan terpangkas 1,3% yoy menjadi Rp28,84 triliun. Jumlah kewajiban utang atau liabilitas turun 10,3% yoy di angka Rp6,28 triliun, sedangkan ekuitas terjaga 1,4% senilai Rp22,5 triliun.
Kas yang tersisa akhir 2023 mencapai Rp2,08 triliun, mengalami kenaikan hampir Rp500 miliar akibat peningkatan arus kas operasional, hingga penurunan keperluan pembayaran utang bank.
(nng)
tulis komentar anda