Menilik Arah IHSG Saat Ramadan, Diprediksi Bergerak di Kisaran 7.200-7.400
Minggu, 10 Maret 2024 - 12:52 WIB
JAKARTA - Perdagangan bursa saham akan berlangsung selama tiga hari pada pekan depan menyusul libur dan cuti bersama Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1946. Awal pekan depan juga akan berlangsung bulan Ramadan .
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) yang sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) beberapa hari terakhir menimbulkan kekhawatiran aksi profit taking.Secara teknikal ini juga terekam dalam indikator Stochastic RSI yang menunjukkan IHSG berada di area overbought alias jenuh beli.
“Kami memperkirakan IHSG tidak akan reli terlalu tinggi selama Ramadan. Indeks masih akan konsolidasi di area 7.200 - 7.400-an,” kata Financial Educator Sucor Sekuritas, Alfredo Jason Kusuma, kepada IDX Channel dikutip Minggu (10/3/2024).
Jason melihat indeks sudah kehilangan tenaga usai menemui level ATH, seiring tekanan jual saham-saham penggerak indeks.
“IHSG memang sempat menyentuh all-time high baru, tapi bisa dibilang gagal mempertahankan level tersebut, dan cenderung bakal ditutup di bawah level itu,” paparnya.
Dari sisi investor asing, data RTI Business menunjukkan asing melakukan profit-taking di seluruh pasar dalam jumlah signifikan sebesar Rp959,12 miliar dalam sepekan. Namun, akumulasi asing masih mencatatkan net-buy Rp7,30 triliun dalam sebulan terakhir.
Secara fundamental pelaku pasar masih mencermati aneka data ekonomi baik dari dalam negeri hingga mancanegara. Pada Rabu depan, Bank Indonesia (BI) akan merilis survei konsumen pada Februari 2024 sebagai ukuran untuk melihat tingkat keyakinan masyarakat Indonesia terhadap kondisi ekonomi.
Sebelumnya pada Januari 2024, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2024 sebesar 125,0, lebih tinggi dibandingkan 123,8 pada bulan sebelumnya.
Dari luar negeri, angka inflasi Amerika Serikat akan menjadi perhatian pasar. Indeks harga konsumen (CPI) AS sebelumnya mencapai 3,1%, dengan inflasi inti sebesar 3,9% pada periode Februari 2024.
Bank sentral AS atau Federal Reserve cukup percaya diri dengan data makro, dengan harapan dapat segera menurunkan suku bunga pada tahun ini. Namun, Gubernur Fed Jerome Powell sebelumnya menegaskan pihaknya masih membaca situasi untuk mempertimbangkan kebijakan dovish tersebut.
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) yang sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) beberapa hari terakhir menimbulkan kekhawatiran aksi profit taking.Secara teknikal ini juga terekam dalam indikator Stochastic RSI yang menunjukkan IHSG berada di area overbought alias jenuh beli.
“Kami memperkirakan IHSG tidak akan reli terlalu tinggi selama Ramadan. Indeks masih akan konsolidasi di area 7.200 - 7.400-an,” kata Financial Educator Sucor Sekuritas, Alfredo Jason Kusuma, kepada IDX Channel dikutip Minggu (10/3/2024).
Jason melihat indeks sudah kehilangan tenaga usai menemui level ATH, seiring tekanan jual saham-saham penggerak indeks.
“IHSG memang sempat menyentuh all-time high baru, tapi bisa dibilang gagal mempertahankan level tersebut, dan cenderung bakal ditutup di bawah level itu,” paparnya.
Dari sisi investor asing, data RTI Business menunjukkan asing melakukan profit-taking di seluruh pasar dalam jumlah signifikan sebesar Rp959,12 miliar dalam sepekan. Namun, akumulasi asing masih mencatatkan net-buy Rp7,30 triliun dalam sebulan terakhir.
Secara fundamental pelaku pasar masih mencermati aneka data ekonomi baik dari dalam negeri hingga mancanegara. Pada Rabu depan, Bank Indonesia (BI) akan merilis survei konsumen pada Februari 2024 sebagai ukuran untuk melihat tingkat keyakinan masyarakat Indonesia terhadap kondisi ekonomi.
Sebelumnya pada Januari 2024, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2024 sebesar 125,0, lebih tinggi dibandingkan 123,8 pada bulan sebelumnya.
Dari luar negeri, angka inflasi Amerika Serikat akan menjadi perhatian pasar. Indeks harga konsumen (CPI) AS sebelumnya mencapai 3,1%, dengan inflasi inti sebesar 3,9% pada periode Februari 2024.
Bank sentral AS atau Federal Reserve cukup percaya diri dengan data makro, dengan harapan dapat segera menurunkan suku bunga pada tahun ini. Namun, Gubernur Fed Jerome Powell sebelumnya menegaskan pihaknya masih membaca situasi untuk mempertimbangkan kebijakan dovish tersebut.
(akr)
tulis komentar anda