Harga Emas Bakal Naik Lagi, Negara-negara Ini Paling Getol Membeli
Kamis, 21 Maret 2024 - 12:41 WIB
JAKARTA - Kenaikan harga emas diyakini akan terus berlanjut meski telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa. Logam mulia ini dinilai masih memiliki ruang untuk kenaikan harga lebih lanjut karena bank sentral sejumlah negara terus membeli emas batangan dalam jumlah yang juga mencapai rekor.
Kepala Riset Komoditas Citi Amerika Utara Aakash Doshi kepada CNBC mengatakan, harga logam kemilau ini bisa naik menjadi USD2.300 per ounce atau sekitar Rp36,110 juta (kurs Rp15.700 per USD) pada paruh kedua tahun 2024, terutama dengan latar belakang ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan menurunkan suku bunga pada paruh kedua tahun 2024. Saat ini, emas tengah diperdagangkan di harga USD2.203 per ounce.
Harga emas cenderung memiliki hubungan terbalik dengan suku bunga. Ketika suku bunga turun, emas menjadi lebih menarik dibandingkan dengan aset pendapatan tetap seperti obligasi, yang akan menghasilkan imbal hasil yang lebih lemah di lingkungan dengan suku bunga rendah.
Macquarie juga memperkirakan harga emas akan mencapai level tertinggi baru pada paruh kedua tahun ini. Meskipun mengakui bahwa pembelian fisik emas telah meningkatkan harga, ahli strategi Macquarie mengaitkan lonjakan harga sebesar USD100 baru-baru ini dengan "pembelian berjangka yang signifikan" dalam catatan mereka tertanggal 7 Maret.
"Bank sentral, yang telah membeli emas dalam jumlah bersejarah selama dua tahun terakhir, juga akan terus menjadi pembeli yang kuat pada tahun 2024," kata Kepala Bank Sentral Global Dewan Emas Dunia Shaokai Fan.
Suku bunga yang lebih tinggi cenderung mengurangi daya tarik emas dibandingkan obligasi karena tidak memberikan bunga apa pun. Sementara, penguatan dolar mengikis kemilau emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS bagi pemegang mata uang lainnya.
Permintaan fisik yang kuat terhadap emas juga didorong oleh daya tariknya sebagai aset safe-haven di tengah ketidakpastian geopolitik. "Dalam dekade terakhir, Rusia dan China telah menjadi dua pembeli terbesar. Namun, pembelian bank sentral dalam beberapa tahun terakhir telah terdiversifikasi," kata Doshi.
China disebut sebagai pendorong utama permintaan konsumen dan pembelian emas oleh bank sentral. Pembelian emas oleh negara ini dinilai kemungkinan besar tidak akan melambat. Di antara bank-bank sentral, Bank Sentral China (PBOC) tercatat merupakan pembeli emas terbesar pada tahun 2023.
Kepala Riset Komoditas Citi Amerika Utara Aakash Doshi kepada CNBC mengatakan, harga logam kemilau ini bisa naik menjadi USD2.300 per ounce atau sekitar Rp36,110 juta (kurs Rp15.700 per USD) pada paruh kedua tahun 2024, terutama dengan latar belakang ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan menurunkan suku bunga pada paruh kedua tahun 2024. Saat ini, emas tengah diperdagangkan di harga USD2.203 per ounce.
Harga emas cenderung memiliki hubungan terbalik dengan suku bunga. Ketika suku bunga turun, emas menjadi lebih menarik dibandingkan dengan aset pendapatan tetap seperti obligasi, yang akan menghasilkan imbal hasil yang lebih lemah di lingkungan dengan suku bunga rendah.
Macquarie juga memperkirakan harga emas akan mencapai level tertinggi baru pada paruh kedua tahun ini. Meskipun mengakui bahwa pembelian fisik emas telah meningkatkan harga, ahli strategi Macquarie mengaitkan lonjakan harga sebesar USD100 baru-baru ini dengan "pembelian berjangka yang signifikan" dalam catatan mereka tertanggal 7 Maret.
"Bank sentral, yang telah membeli emas dalam jumlah bersejarah selama dua tahun terakhir, juga akan terus menjadi pembeli yang kuat pada tahun 2024," kata Kepala Bank Sentral Global Dewan Emas Dunia Shaokai Fan.
Suku bunga yang lebih tinggi cenderung mengurangi daya tarik emas dibandingkan obligasi karena tidak memberikan bunga apa pun. Sementara, penguatan dolar mengikis kemilau emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS bagi pemegang mata uang lainnya.
Permintaan fisik yang kuat terhadap emas juga didorong oleh daya tariknya sebagai aset safe-haven di tengah ketidakpastian geopolitik. "Dalam dekade terakhir, Rusia dan China telah menjadi dua pembeli terbesar. Namun, pembelian bank sentral dalam beberapa tahun terakhir telah terdiversifikasi," kata Doshi.
China disebut sebagai pendorong utama permintaan konsumen dan pembelian emas oleh bank sentral. Pembelian emas oleh negara ini dinilai kemungkinan besar tidak akan melambat. Di antara bank-bank sentral, Bank Sentral China (PBOC) tercatat merupakan pembeli emas terbesar pada tahun 2023.
Lihat Juga :
tulis komentar anda