Harga Minyak Mereda Usai Iran Meremehkan Serangan Balik Israel
Sabtu, 20 April 2024 - 04:23 WIB
JAKARTA - Harga minyak dunia dan emas kembali mereda setelah pihak berwenang Iran tampaknya meremehkan laporan serangan dari Israel. Minyak mentah Brent , yang menjadi patokan internasional, jatuh setelah melonjak sebentar menjadi lebih dari USD90 per barel setelah laporan dugaan adanya serangan dari Israel.
Dilansir BBC, harga emas sempat mendekati rekor tertinggi sebelum menetap di bawah posisi USD2.400 per ounce. Ada kekhawatiran konflik yang memburuk di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak.
Investor telah mengamati dengan cermat reaksi Israel terhadap serangan drone dan rudal Iran pada akhir pekan lalu. Harga minyak langsung melonjak sebanyak 3,5% pada awalnya.
Akan tetapi Brent kemudian jatuh kembali ke sekitar level USD87 per barel, setelah media pemerintah Iran mengklaim bahwa "tidak ada kerusakan" di provinsi Isfahan di mana ada laporan ledakan.
Dicemaskan kenaikan harga minyak yang tajam dan berkelanjutan berisiko memicu inflasi. Negara-negara sangat bergantung pada komoditas tersebut, yang dipakai untuk memproduksi bahan bakar seperti bensin dan solar.
Harga bahan bakar dan energi telah menjadi pendorong utama tingginya biaya hidup di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Randeep Somel, fund manager di M&G Investment Management, mengatakan kepada program Today BBC: "Perhatian pasar terutama pada inflasi, bahwa ini benar-benar akan mendongkrak inflasi."
Dilansir BBC, harga emas sempat mendekati rekor tertinggi sebelum menetap di bawah posisi USD2.400 per ounce. Ada kekhawatiran konflik yang memburuk di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak.
Investor telah mengamati dengan cermat reaksi Israel terhadap serangan drone dan rudal Iran pada akhir pekan lalu. Harga minyak langsung melonjak sebanyak 3,5% pada awalnya.
Akan tetapi Brent kemudian jatuh kembali ke sekitar level USD87 per barel, setelah media pemerintah Iran mengklaim bahwa "tidak ada kerusakan" di provinsi Isfahan di mana ada laporan ledakan.
Dicemaskan kenaikan harga minyak yang tajam dan berkelanjutan berisiko memicu inflasi. Negara-negara sangat bergantung pada komoditas tersebut, yang dipakai untuk memproduksi bahan bakar seperti bensin dan solar.
Harga bahan bakar dan energi telah menjadi pendorong utama tingginya biaya hidup di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Randeep Somel, fund manager di M&G Investment Management, mengatakan kepada program Today BBC: "Perhatian pasar terutama pada inflasi, bahwa ini benar-benar akan mendongkrak inflasi."
Lihat Juga :
tulis komentar anda