BKPM Sebut Maluku Utara Jadi Primadona Baru Investor Asing
Jum'at, 01 Mei 2020 - 12:42 WIB
JAKARTA - Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, realisasi investasi asing di Provinsi Maluku Utara meningkat cukup signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017, realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Maluku Utara mencapai USD0,2 miliar dan berada pada peringkat 22 dibandingkan provinsi lainnya.
Kemudian tahun 2018, realisasi investasinya meningkat menjadi USD0,36 miliar dan naik ke peringkat 18. Sedangkan pada 2019, terjadi lonjakan tajam yang realisasi investasi mencapai USD1,0 miliar. Angka itu menjadikannya Maluku Utara berada di peringkat 8 lokasi PMA terbesar.
Plt. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Farah Indriani mengatakan, data ini menunjukkan bahwa investor asing sudah mulai melirik daerah di luar Jawa, dimana banyak potensi investasi yang masih bisa dikembangkan dan tentunya didukung oleh infrastruktur yang memadai. "Maluku Utara ini bisa menjadi primadona baru di wilayah Indonesia Timur,” kata Farah di Jakarta, Jumat (1/5/2020).
Sementara pada periode kuartal I/2020, Provinsi Maluku Utara yang menempati peringkat ke-3 dengan nilai mencapai USD0,77 miliar. Posisi ini menarik karena nomor 1 dan 2 PMA di periode ini ditempati oleh dua provinsi besar di Pulau Jawa, yaitu DKI Jakarta (USD0,92 miliar) dan Jawa Barat (USD0,91 miliar).
Sedangkan peringkat ke-4 dan ke-5 adalah Kepulauan Riau (USD0,40 miliar) dan Sulawesi Tenggara (USD0,38 miliar). "Ini artinya peningkatan realisasi investasi di luar Jawa pada periode ini banyak disumbang dari Penanaman Modal Asing (PMA) di wilayah Indonesia bagian Timur," paparnya.
Sementara itu, berdasarkan data dari Pusat Koordinasi dan Pengawalan Investasi (Pusat KOPI), realisasi investasi PMA di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2019 lalu didominasi oleh sektor Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin, dan Peralatannya senilai USD754,07 juta dan Pertambangan sebesar USD100,87 juta.
Selain itu adalah Listrik, Gas, dan Air senilia USD76,62 juta, disusul Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran sebesar USD67,98 juta, dan Konstruksi USD6,33 juta.
Farah menjelaskan, investasi di Indonesia saat ini tidak hanya terfokus di Pulau Jawa saja, akan tetapi juga terdistribusi ke luar Jawa. Hal tersebut terlihat dari 19% kenaikan porsi realisasi investasi di luar Jawa di kuartal I/2020.
Pada periode yang sama tahun 2019, realisasi investasi luar Jawa sebesar 44% dengan nilai Rp85,8 triliun dan Jawa 56% dengan nilai Rp109,3 triliun. Realisasi investasi luar Jawa meningkat porsinya menjadi 48,6% sebesar Rp102,4 trliiun dan Jawa 51,4% dengan nilai Rp108,3 triliun.
BKPM akan terus mendorong penyebaran investasi yang merata di Indonesia. “Melihat adanya peningkatan realisasi investasi di luar Jawa dari tahun ke tahun, kami optimis investasi dapat terdistribusi merata. Tidak hanya di pulau Jawa saja,” ujar Farah.
Kemudian tahun 2018, realisasi investasinya meningkat menjadi USD0,36 miliar dan naik ke peringkat 18. Sedangkan pada 2019, terjadi lonjakan tajam yang realisasi investasi mencapai USD1,0 miliar. Angka itu menjadikannya Maluku Utara berada di peringkat 8 lokasi PMA terbesar.
Plt. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Farah Indriani mengatakan, data ini menunjukkan bahwa investor asing sudah mulai melirik daerah di luar Jawa, dimana banyak potensi investasi yang masih bisa dikembangkan dan tentunya didukung oleh infrastruktur yang memadai. "Maluku Utara ini bisa menjadi primadona baru di wilayah Indonesia Timur,” kata Farah di Jakarta, Jumat (1/5/2020).
Sementara pada periode kuartal I/2020, Provinsi Maluku Utara yang menempati peringkat ke-3 dengan nilai mencapai USD0,77 miliar. Posisi ini menarik karena nomor 1 dan 2 PMA di periode ini ditempati oleh dua provinsi besar di Pulau Jawa, yaitu DKI Jakarta (USD0,92 miliar) dan Jawa Barat (USD0,91 miliar).
Sedangkan peringkat ke-4 dan ke-5 adalah Kepulauan Riau (USD0,40 miliar) dan Sulawesi Tenggara (USD0,38 miliar). "Ini artinya peningkatan realisasi investasi di luar Jawa pada periode ini banyak disumbang dari Penanaman Modal Asing (PMA) di wilayah Indonesia bagian Timur," paparnya.
Sementara itu, berdasarkan data dari Pusat Koordinasi dan Pengawalan Investasi (Pusat KOPI), realisasi investasi PMA di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2019 lalu didominasi oleh sektor Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin, dan Peralatannya senilai USD754,07 juta dan Pertambangan sebesar USD100,87 juta.
Selain itu adalah Listrik, Gas, dan Air senilia USD76,62 juta, disusul Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran sebesar USD67,98 juta, dan Konstruksi USD6,33 juta.
Farah menjelaskan, investasi di Indonesia saat ini tidak hanya terfokus di Pulau Jawa saja, akan tetapi juga terdistribusi ke luar Jawa. Hal tersebut terlihat dari 19% kenaikan porsi realisasi investasi di luar Jawa di kuartal I/2020.
Pada periode yang sama tahun 2019, realisasi investasi luar Jawa sebesar 44% dengan nilai Rp85,8 triliun dan Jawa 56% dengan nilai Rp109,3 triliun. Realisasi investasi luar Jawa meningkat porsinya menjadi 48,6% sebesar Rp102,4 trliiun dan Jawa 51,4% dengan nilai Rp108,3 triliun.
BKPM akan terus mendorong penyebaran investasi yang merata di Indonesia. “Melihat adanya peningkatan realisasi investasi di luar Jawa dari tahun ke tahun, kami optimis investasi dapat terdistribusi merata. Tidak hanya di pulau Jawa saja,” ujar Farah.
(ind)
tulis komentar anda