Generasi Y dan Z Bakal Lahap Digitalisasi, Saatnya Bank serta Fintech Terhubung
Selasa, 18 Agustus 2020 - 16:16 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan Indonesia adalah perekonomian dengan potensi yang besar untuk menyerap arus digitalisasi . Pasalnya Indonesia memiliki penduduk yang besar dan didominasi oleh generasi Y dan Z.
"Digitalisasi ini menjadi sangat penting. Indonesia pasar yang luar biasa bagi ekonomi digital. Tercatat transaksi e-comerce kuartal II berdasarkan data sebesar Rp55,9 triliun," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng saat webinar LPPI di Jakarta, Selasa (18/8/2020).
(Baca Juga: Arwin Rasyid Soroti Revolusi Digital Banking )
Akan tetapi saat ini akses teknologi digital belum merata, meski animo masyarakat terhadap teknologi digital relatif tinggi. Segmen masyarakat yang belum tersentuh perbankan juga masih besar dan akses terhadap pembiayaan UMKM masih relatif terbatas.
Maka dari itu, BI akan mendorong bank untuk melakukan transformasi digital secara utuh serta interlink bank dengan fintech agar daya saing tetap terjaga. "Jadi nantinya antara bank dan fintech saling terhubung sehingga dapat memberikan kenyamanan dan memudahkan pada nasabah," ungkap Sugeng.
Dia memaparkan, ada beberapa risiko dan tantangan dalam digitalisasi yakni pertama risiko shadow banking cenderung menguat menyusul model fintech yang mereplikasi layanan keuangan tradisional dan mengarah pada BigTech. Di Indonesia transformasi digital perbankan nasional masih tertinggal.
"Mengingat digital banking membutukan investasi yang cukup besar terutama teknologi informasi maka saat ini bank yang menerapkan digital banking adaah bank besar buku 3 dan 4," katanya.
(Baca Juga: Mantap! Transaksi Digital Banking Mulai Geser Peran ATM dan Kantor Cabang )
Kedua, landskep risiko yang sudah bergeser seperti perhatian terhadap cyber risk, proteksi data, tindak pidana pencucian uang dan lainnya. Serta ketiga, national interest sulit terpenuhi. "Lebih dari 90% market place menjual barang impor dan hanya 7% kontribusi produk lokal di marketpalce," ujar dia.
Dengan demikian keseimbangan industri yang inovatif kolabiratif dan mengoptimalkan data sebagai barang publik dengan tetap menjaga kehandalan dan keamanan menjadi kata kunci Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025.
Secara umum, BSPI 2025 akan menavigasi proses transformasi ekonomi Indonesia masa depan ke arah digital. Sistem Pembayaran yang lancar akan menjadi basis bagi pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan stabilitas sistem keuangan.
"Digitalisasi ini menjadi sangat penting. Indonesia pasar yang luar biasa bagi ekonomi digital. Tercatat transaksi e-comerce kuartal II berdasarkan data sebesar Rp55,9 triliun," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng saat webinar LPPI di Jakarta, Selasa (18/8/2020).
(Baca Juga: Arwin Rasyid Soroti Revolusi Digital Banking )
Akan tetapi saat ini akses teknologi digital belum merata, meski animo masyarakat terhadap teknologi digital relatif tinggi. Segmen masyarakat yang belum tersentuh perbankan juga masih besar dan akses terhadap pembiayaan UMKM masih relatif terbatas.
Maka dari itu, BI akan mendorong bank untuk melakukan transformasi digital secara utuh serta interlink bank dengan fintech agar daya saing tetap terjaga. "Jadi nantinya antara bank dan fintech saling terhubung sehingga dapat memberikan kenyamanan dan memudahkan pada nasabah," ungkap Sugeng.
Dia memaparkan, ada beberapa risiko dan tantangan dalam digitalisasi yakni pertama risiko shadow banking cenderung menguat menyusul model fintech yang mereplikasi layanan keuangan tradisional dan mengarah pada BigTech. Di Indonesia transformasi digital perbankan nasional masih tertinggal.
"Mengingat digital banking membutukan investasi yang cukup besar terutama teknologi informasi maka saat ini bank yang menerapkan digital banking adaah bank besar buku 3 dan 4," katanya.
(Baca Juga: Mantap! Transaksi Digital Banking Mulai Geser Peran ATM dan Kantor Cabang )
Kedua, landskep risiko yang sudah bergeser seperti perhatian terhadap cyber risk, proteksi data, tindak pidana pencucian uang dan lainnya. Serta ketiga, national interest sulit terpenuhi. "Lebih dari 90% market place menjual barang impor dan hanya 7% kontribusi produk lokal di marketpalce," ujar dia.
Dengan demikian keseimbangan industri yang inovatif kolabiratif dan mengoptimalkan data sebagai barang publik dengan tetap menjaga kehandalan dan keamanan menjadi kata kunci Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025.
Secara umum, BSPI 2025 akan menavigasi proses transformasi ekonomi Indonesia masa depan ke arah digital. Sistem Pembayaran yang lancar akan menjadi basis bagi pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan stabilitas sistem keuangan.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda