Ledakan Utang Global ke Rekor Tertinggi Mengancam Ekonomi Dunia
Selasa, 14 Mei 2024 - 06:21 WIB
JAKARTA - Lonjakan utang global hingga menyentuh rekor tertinggi USD315 triliun, dipengaruhi oleh China dan India yang terus melakukan pinjaman, meski risiko semakin besar di tengah ketegangan geopolitik dan tren suku bunga tinggi.
Institute of International Finance (IIF) memperingatkan, bahwa upaya pascapandemi untuk mengurangi utang akan segera berakhir ketika pemerintah memotong pajak dan meningkatkan pengeluaran. Diterangkan bahwa peningkatan utang global, "terutama didorong oleh pasar negara berkembang ".
Dimana utang negara berkembang melompat ke level tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya hingga lebih dari USD105 triliun. Tercatat penambahannya mencapai USD55 triliun atau lebih besar dari satu dekade lalu dengan China, India dan Meksiko melihat peningkatan terbesar sepanjang tahun ini.
Seperti diketahui China masih berkutat dengan krisis properti yang mengancam bakal menghambat pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun, mendatang.
Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah memperingatkan bahwa tumpukan utang India dapat melebihi ukuran ekonominya pada akhir dekade ini usai menghabiskan miliaran pound setiap tahun untuk menangani bencana alam.
Sementara itu analisis IIF menunjukkan total utang dunia naik USD1,3 triliun ke rekor tertinggi terbaru yakni menyentuh USD315 triliun dalam tiga bulan pertama di 2024. Nilai utang global terhadap PDB terus meningkat, setelah kebijakan Lockdown akibat Covid-19.
IIF menambahkan, bahwa peningkatan utang pemerintah juga terjadi di antara negara-negara maju dalam tiga bulan pertama tahun 2024 karena inflasi AS mengancam kelanjutan suku bunga tinggi bisa lebih lama.
"Mengingat inflasi AS dan penundaan yang terjadi usai munculnya harapan penurunan suku bunga Federal Reserve, reli dolar ... sekali lagi dapat membawa tekanan utang pemerintah ke permukaan, terutama untuk negara-negara berkembang," kata IIF dalam monitor utang terbarunya.
Institute of International Finance (IIF) memperingatkan, bahwa upaya pascapandemi untuk mengurangi utang akan segera berakhir ketika pemerintah memotong pajak dan meningkatkan pengeluaran. Diterangkan bahwa peningkatan utang global, "terutama didorong oleh pasar negara berkembang ".
Dimana utang negara berkembang melompat ke level tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya hingga lebih dari USD105 triliun. Tercatat penambahannya mencapai USD55 triliun atau lebih besar dari satu dekade lalu dengan China, India dan Meksiko melihat peningkatan terbesar sepanjang tahun ini.
Seperti diketahui China masih berkutat dengan krisis properti yang mengancam bakal menghambat pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun, mendatang.
Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah memperingatkan bahwa tumpukan utang India dapat melebihi ukuran ekonominya pada akhir dekade ini usai menghabiskan miliaran pound setiap tahun untuk menangani bencana alam.
Sementara itu analisis IIF menunjukkan total utang dunia naik USD1,3 triliun ke rekor tertinggi terbaru yakni menyentuh USD315 triliun dalam tiga bulan pertama di 2024. Nilai utang global terhadap PDB terus meningkat, setelah kebijakan Lockdown akibat Covid-19.
IIF menambahkan, bahwa peningkatan utang pemerintah juga terjadi di antara negara-negara maju dalam tiga bulan pertama tahun 2024 karena inflasi AS mengancam kelanjutan suku bunga tinggi bisa lebih lama.
"Mengingat inflasi AS dan penundaan yang terjadi usai munculnya harapan penurunan suku bunga Federal Reserve, reli dolar ... sekali lagi dapat membawa tekanan utang pemerintah ke permukaan, terutama untuk negara-negara berkembang," kata IIF dalam monitor utang terbarunya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda