Fakta-fakta Mengerikan Dampak Dedolarisasi bagi AS, Terancam Tak Jadi Negara Adidaya Lagi
Rabu, 22 Mei 2024 - 11:31 WIB
Dilansir dari The Interpreter, Ketika ketergantungan pada dolar AS berkurang, bank sentral akan mulai membuang cadangan dolar mereka. Hal ini akan mengakibatkan hiperinflasi, lonjakan suku bunga untuk mengkompensasi hilangnya daya beli, dan jatuhnya harga aset, yang selanjutnya mempercepat penurunan ekonomi AS.
3. Kemungkinan akan Terjadi Inflasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, karena nilai mata uang yang terus turun karena sepinya peminat di pasar mata uang, maka kemungkinan besar AS akan menghadapi sejumlah masalah ekonomi serius yang salah satunya inflasi.
Dikutip dari US News, memiliki mata uang cadangan dunia telah memungkinkan Amerika mengalami defisit besar baik dalam perdagangan internasional maupun belanja pemerintah. Jika orang asing tidak lagi ingin menyimpan dolar untuk ditabung, hal ini akan memaksa pengetatan belanja negara secara signifikan.
4. Kehilangan Pengaruh di Pasar Minyak
Menurut laman J.P.Morgan, beberapa tanda de-dolarisasi juga terlihat di pasar minyak mengingat dolar AS yang sebelumnya adalah salah satu pendorong utama harga minyak global kini sudah mulai kehilangan pengaruhnya. Secara tradisional, dolar berkorelasi negatif dengan harga minyak. Ketika dolar menguat, harga minyak impor naik dan akibatnya permintaan turun, terutama di negara-negara emerging market (EM). Namun, kini lebih banyak penjualan minyak yang ditransaksikan dalam mata uang non-dolar seperti renminbi.
Meski begitu, kecil kemungkinannya bahwa dolar akan berhenti menjadi mata uang cadangan dunia dalam semalam. Meskipun demikian, ada kemungkinan besar bahwa peran besar dolar dalam perdagangan internasional akan berkurang secara bertahap di tahun-tahun mendatang. Dampak dedolarisasi terhadap pertumbuhan AS juga masih belum pasti. Meskipun dolar yang tertekan secara struktural dapat meningkatkan daya saing AS, hal ini juga dapat secara langsung menurunkan investasi asing dalam perekonomian AS.
3. Kemungkinan akan Terjadi Inflasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, karena nilai mata uang yang terus turun karena sepinya peminat di pasar mata uang, maka kemungkinan besar AS akan menghadapi sejumlah masalah ekonomi serius yang salah satunya inflasi.
Dikutip dari US News, memiliki mata uang cadangan dunia telah memungkinkan Amerika mengalami defisit besar baik dalam perdagangan internasional maupun belanja pemerintah. Jika orang asing tidak lagi ingin menyimpan dolar untuk ditabung, hal ini akan memaksa pengetatan belanja negara secara signifikan.
4. Kehilangan Pengaruh di Pasar Minyak
Menurut laman J.P.Morgan, beberapa tanda de-dolarisasi juga terlihat di pasar minyak mengingat dolar AS yang sebelumnya adalah salah satu pendorong utama harga minyak global kini sudah mulai kehilangan pengaruhnya. Secara tradisional, dolar berkorelasi negatif dengan harga minyak. Ketika dolar menguat, harga minyak impor naik dan akibatnya permintaan turun, terutama di negara-negara emerging market (EM). Namun, kini lebih banyak penjualan minyak yang ditransaksikan dalam mata uang non-dolar seperti renminbi.
Meski begitu, kecil kemungkinannya bahwa dolar akan berhenti menjadi mata uang cadangan dunia dalam semalam. Meskipun demikian, ada kemungkinan besar bahwa peran besar dolar dalam perdagangan internasional akan berkurang secara bertahap di tahun-tahun mendatang. Dampak dedolarisasi terhadap pertumbuhan AS juga masih belum pasti. Meskipun dolar yang tertekan secara struktural dapat meningkatkan daya saing AS, hal ini juga dapat secara langsung menurunkan investasi asing dalam perekonomian AS.
(nng)
tulis komentar anda