Sanksi Barat ke Rusia Bakal Jadi Senjata Makan Tuan buat AS, Dedolarisasi Buktinya
Rabu, 22 Mei 2024 - 17:37 WIB
Perusahaan-perusahaan AS berisiko mengalihkan operasi mereka ke negara-negara yang lebih bersahabat dengan AS, tetapi sekutu terdekat Amerika adalah negara-negara di mana pekerja mendapatkan upah tinggi, yang dapat mendorong harga naik bagi konsumen.
"Kondisi ini pada gilirannya, telah memaksa kenaikan suku bunga, karena bank sentral seperti Federal Reserve Board dan Bank of Canada dipaksa untuk merespons dengan menaikkan suku bunga dari target mereka mendekati nol ke kisaran 5 persen," tambahnya.
Rubin mencatat bahwa Rusia diam-diam telah membuktikan seberapa tangguh ekonominya setelah invasi, sementara blok negara-negara berkembang BRICS menjadi semakin kuat.
"Ini terbukti menjadi salah perhitungan yang fatal. Padahal di masa lalu hilangnya pasar Barat – terutama untuk ekspor energi Rusia, sumber kehidupan mesin perang Moskow – akan memberikan pukulan fatal bagi ekonomi Rusia, itu tentu saja tidak lagi terjadi," bebernya.
Bahkan dolar AS mungkin berakhir lebih buruk karena sanksi, kata Rubin. Rusia telah berkoordinasi dengan sekutunya untuk beralih dari menggunakan dolar AS untuk perdagangan. Perdagangan Rusia dengan China, misalnya, hampir sepenuhnya menghapus dolar ( dedolarisasi ), kata pejabat Rusia tahun lalu.
"Sanksi rubel dan menyita sepertiga dari cadangan devisa bank sentral Rusia seharusnya melumpuhkan ekonomi Rusia. Sebaliknya, dolar AS telah melepas status lima dekade dolar AS sebagai petromata uang dunia dan mungkin akan terus terbebani lebih banyak lagi: posisinya yang dulu tak tertandingi sebagai satu-satunya mata uang cadangan di dunia," tulis Rubin.
Lihat Juga: Ikuti Webinar MNC Asset Bersama BRI Danareksa Sekuritas, Inovasi dan Peluang Baru: Update Produk Reksa Dana
"Kondisi ini pada gilirannya, telah memaksa kenaikan suku bunga, karena bank sentral seperti Federal Reserve Board dan Bank of Canada dipaksa untuk merespons dengan menaikkan suku bunga dari target mereka mendekati nol ke kisaran 5 persen," tambahnya.
Rubin mencatat bahwa Rusia diam-diam telah membuktikan seberapa tangguh ekonominya setelah invasi, sementara blok negara-negara berkembang BRICS menjadi semakin kuat.
"Ini terbukti menjadi salah perhitungan yang fatal. Padahal di masa lalu hilangnya pasar Barat – terutama untuk ekspor energi Rusia, sumber kehidupan mesin perang Moskow – akan memberikan pukulan fatal bagi ekonomi Rusia, itu tentu saja tidak lagi terjadi," bebernya.
Bahkan dolar AS mungkin berakhir lebih buruk karena sanksi, kata Rubin. Rusia telah berkoordinasi dengan sekutunya untuk beralih dari menggunakan dolar AS untuk perdagangan. Perdagangan Rusia dengan China, misalnya, hampir sepenuhnya menghapus dolar ( dedolarisasi ), kata pejabat Rusia tahun lalu.
"Sanksi rubel dan menyita sepertiga dari cadangan devisa bank sentral Rusia seharusnya melumpuhkan ekonomi Rusia. Sebaliknya, dolar AS telah melepas status lima dekade dolar AS sebagai petromata uang dunia dan mungkin akan terus terbebani lebih banyak lagi: posisinya yang dulu tak tertandingi sebagai satu-satunya mata uang cadangan di dunia," tulis Rubin.
Lihat Juga: Ikuti Webinar MNC Asset Bersama BRI Danareksa Sekuritas, Inovasi dan Peluang Baru: Update Produk Reksa Dana
(akr)
tulis komentar anda