Sukses Dedolarisasi, Putin Sebut 40% Perdagangan Rusia Kini Gunakan Rubel

Sabtu, 08 Juni 2024 - 21:49 WIB
Rubel kini menggantikan separuh penggunaan dolar dan mata uang Barat lainnya dalam perdagangan luar negeri Rusia. FOTO/Ilustrasi
JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa hampir 40% perdagangan negaranya kini dilakukan dalam rubel. Sementara perdagangan menggunakan dolar , euro, dan mata uang Barat lainnya yang disebutnya sebagai "mata uang beracun" sudah jauh berkurang.

Berbicara di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF), Putin mengatakan bahwa negara-negara yang bersahabat dengan Rusia patut mendapat perhatian khusus. Sebab, tegas dia, negara-negara itulah yang akan menentukan masa depan perekonomian global. Menurutnya, negara-negara tersebut kini sudah mencakup tiga perempat dari volume perdagangan Rusia.





Putin mengatakan, pembayaran untuk ekspor Rusia dalam "mata uang beracun" dari negara-negara yang tidak bersahabat telah berkurang setengahnya selama setahun terakhir. Rusia, imbuh dia, juga terus berusaha melakukan dedolarisasi dengan meningkatkan porsi penyelesaian transaksi yang dilakukan dalam mata uang negara-negara BRICS.

"Dengan demikian, pangsa rubel dalam operasi impor dan ekspor meningkat, kini mencapai hampir 40%," kata Putin, seperti dilansir CNBC, Sabtu (8/6/2024).

Laporan menunjukkan bahwa angka ini meningkat dari sekitar 30% tahun lalu, dan lebih tinggi dari 15% pada tahun-tahun sebelum perang. Putin merinci rencana untuk melakukan perombakan besar-besaran pada pasar keuangan domestik negaranya, termasuk rencana untuk melipatgandakan nilai pasar saham Rusia pada akhir dekade ini, mengurangi impor dan meningkatkan investasi pada aset tetap.



Negara-negara Barat telah berupaya memotong perekonomian Rusia yang bernilai USD2 triliun sebagai respons terhadap operasi militer Moskow ke Ukraina pada Februari 2022. Namun, perekonomian Rusia tak bergeming, bahkan diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan negara-negara maju lainnya pada tahun ini, meski di tengah hujan sanksi Barat.

Dalam Outlook Ekonomi Dunia pada bulan April, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Rusia akan tumbuh sebesar 3,2% pada tahun 2024, melebihi perkiraan tingkat ekspansi AS sebesar 2,7%. Sementara, Jerman, Prancis dan Inggris diperkirakan akan mencatat pertumbuhan ekonomi kurang dari 1%.

Rusia menyatakan bahwa sanksi Barat terhadap industri-industri penting di negaranya telah membuat negara itu lebih mandiri dan konsumsi swasta serta investasi dalam negeri lebih tangguh. Ekspor minyak dan komoditas ke negara-negara seperti India dan China pun memungkinkan Moskow mempertahankan pendapatan ekspor yang kuat.
(fjo)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More