Industri Tambang Sebut Cadangan Emas Makin Sulit Dicari
Senin, 10 Juni 2024 - 11:57 WIB
JAKARTA - Dewan Emas Dunia (World Gold Council/WGC) menyebutkan, industri pertambangan emas tengah berjuang untuk mempertahankan pertumbuhan produksi karena endapan logam kuning tersebut semakin sulit ditemukan. Menurut asosiasi perdagangan internasional untuk industri emas yang berbasis di Inggris tersebut,produksi tambang hanya naik 0,5% pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Kami telah melihat rekor produksi tambang kuartal pertama pada tahun 2024 naik 4% dari tahun ke tahun. Namun gambaran yang lebih besar, menurut saya tentang produksi tambang adalah, secara efektif, produksi itu mencapai titik jenuh sekitar tahun 2016, 2018 dan kami tidak melihat adanya pertumbuhan sejak saat itu,” kata Kepala Strategi Pasar WGC John Reade seperti dilansir CNBC, Senin (10/6/2024).
Menurut data dari asosiasi perdagangan internasional tersebut, pada tahun 2022 pertumbuhannya 1,35% dari tahun ke tahun, dan tahun sebelumnya 2,7%. Sementara pada tahun 2020, produksi emas global mencatat penurunan pertama dalam satu dekade, turun 1%. "Menurut saya, kisah yang paling menonjol adalah: setelah 10 tahun pertumbuhan pesat sejak sekitar tahun 2008, industri pertambangan berjuang untuk melaporkan pertumbuhan produksi yang berkelanjutan," kata Reade.
Raede mengatakan, cadangan emas baru semakin sulit ditemukan di seluruh dunia karena banyak area prospektif telah dieksplorasi. Selain itu, menurut WGC, penambangan emas skala besar membutuhkan banyak modal, dan memerlukan eksplorasi serta pengembangan yang signifikan. Tambang emas membutuhkan waktu rata-rata 10 hingga 20 tahun sebelum siap berproduksi.
Bahkan selama proses eksplorasi, kemungkinan penemuan berlanjut menjadi pengembangan tambang pun relatif rendah, dengan hanya sekitar 10% dari penemuan emas global yang mengandung cukup logam untuk menjamin penambangan.
Sekitar 187.000 metrik ton emas telah ditambang hingga saat ini, dengan mayoritas berasal dari China, Afrika Selatan, dan Australia. Menurut Survei Geologi Amerika Serikat, cadangan emas yang dapat digali diperkirakan sekitar 57.000 ton.
Selain proses penemuan, izin pemerintah juga semakin sulit diperoleh dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk mendapatkannya. Hal ini, imbuh Reade, membuat penambangan menjadi lebih sulit. Memperoleh lisensi dan izin yang diperlukan sebelum perusahaan pertambangan dapat memulai operasi dapat memakan waktu beberapa tahun.
Selain itu, banyak proyek pertambangan direncanakan untuk daerah terpencil yang memerlukan infrastruktur seperti jalan, listrik, dan air, yang mengakibatkan biaya tambahan dalam membangun tambang ini dan membiayai operasi. "Intinyasemakin sulit untuk menemukan emas, mengizinkannya, membiayainya, dan mengoperasikannya,” tandasnya.
Sementara itu, harga emas saat ini tengah beristirahat setelah reli ke rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir yang didukung oleh permintaan yang kuat yang dipimpin oleh China. Bank sentral China tercatat melakukan pembelian emas secara masif dalam 18 bulan terakhir, yang mendorong harga logam mulia ini ke rekor tertinggi bulan Mei lalu. Harga emas di pasar spot saat ini diperdagangkan pada USD2.294,3 per ons.
“Kami telah melihat rekor produksi tambang kuartal pertama pada tahun 2024 naik 4% dari tahun ke tahun. Namun gambaran yang lebih besar, menurut saya tentang produksi tambang adalah, secara efektif, produksi itu mencapai titik jenuh sekitar tahun 2016, 2018 dan kami tidak melihat adanya pertumbuhan sejak saat itu,” kata Kepala Strategi Pasar WGC John Reade seperti dilansir CNBC, Senin (10/6/2024).
Baca Juga
Menurut data dari asosiasi perdagangan internasional tersebut, pada tahun 2022 pertumbuhannya 1,35% dari tahun ke tahun, dan tahun sebelumnya 2,7%. Sementara pada tahun 2020, produksi emas global mencatat penurunan pertama dalam satu dekade, turun 1%. "Menurut saya, kisah yang paling menonjol adalah: setelah 10 tahun pertumbuhan pesat sejak sekitar tahun 2008, industri pertambangan berjuang untuk melaporkan pertumbuhan produksi yang berkelanjutan," kata Reade.
Raede mengatakan, cadangan emas baru semakin sulit ditemukan di seluruh dunia karena banyak area prospektif telah dieksplorasi. Selain itu, menurut WGC, penambangan emas skala besar membutuhkan banyak modal, dan memerlukan eksplorasi serta pengembangan yang signifikan. Tambang emas membutuhkan waktu rata-rata 10 hingga 20 tahun sebelum siap berproduksi.
Bahkan selama proses eksplorasi, kemungkinan penemuan berlanjut menjadi pengembangan tambang pun relatif rendah, dengan hanya sekitar 10% dari penemuan emas global yang mengandung cukup logam untuk menjamin penambangan.
Sekitar 187.000 metrik ton emas telah ditambang hingga saat ini, dengan mayoritas berasal dari China, Afrika Selatan, dan Australia. Menurut Survei Geologi Amerika Serikat, cadangan emas yang dapat digali diperkirakan sekitar 57.000 ton.
Selain proses penemuan, izin pemerintah juga semakin sulit diperoleh dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk mendapatkannya. Hal ini, imbuh Reade, membuat penambangan menjadi lebih sulit. Memperoleh lisensi dan izin yang diperlukan sebelum perusahaan pertambangan dapat memulai operasi dapat memakan waktu beberapa tahun.
Selain itu, banyak proyek pertambangan direncanakan untuk daerah terpencil yang memerlukan infrastruktur seperti jalan, listrik, dan air, yang mengakibatkan biaya tambahan dalam membangun tambang ini dan membiayai operasi. "Intinyasemakin sulit untuk menemukan emas, mengizinkannya, membiayainya, dan mengoperasikannya,” tandasnya.
Sementara itu, harga emas saat ini tengah beristirahat setelah reli ke rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir yang didukung oleh permintaan yang kuat yang dipimpin oleh China. Bank sentral China tercatat melakukan pembelian emas secara masif dalam 18 bulan terakhir, yang mendorong harga logam mulia ini ke rekor tertinggi bulan Mei lalu. Harga emas di pasar spot saat ini diperdagangkan pada USD2.294,3 per ons.
(fjo)
tulis komentar anda