Barat Siapkan Sanksi Baru, Blokade Kerja Sama China dengan Rusia
Kamis, 13 Juni 2024 - 16:25 WIB
JAKARTA - Pemimpin G7 akan berkumpul di Italia untuk sebuah pertemuan puncak untuk meningkatkan memberikan sanksi baru kepada Rusia. Sanksi barat menargetkan perusahaan-perusahaan China yang membantu Rusia dan memblokade lembaga-lembaga keuangan asing yang bekerjasama dengan entitas-entitas Rusia.
Sanksi ini juga menargetkan infrastruktur keuangan Rusia dengan membatasi jumlah uang yang mengalir masuk dan keluar dari Rusia. Tak lama setelah sanksi diumumkan, Bursa Moskow mengumumkan akan menangguhkan transaksi dalam dolar dan euro.
"Kita harus sangat jujur pada diri kita sendiri bahwa Putin adalah musuh yang sangat cakap yang bersedia untuk beradaptasi dan menemukan kolaborator baru," ujar Direktur Kebijakan dan Implementasi Sanksi Ekonomi Departemen Luar Negeri AS, Aaron Forsberg dikutip dari AP News, Kamis (13/6/2024).
Dia mengatakan sanksi terhadap Rusia bersifat dinamis. Meskipun sanksi-sanksi tersebut tidak menghentikan aliran barang terlarang, tujuannya adalah untuk mempersulit Rusia mendapatkan sumber teknologi penting dan juga menaikkan harga barang-barang tersebut. Sanksi baru tersebut menargetkan lebih dari USD100 juta dalam perdagangan untuk pada pemasok mesin perang.
Tujuh perusahaan yang berbasis di China dan Hong Kong menjadi target baru karena mengirimkan jutaan dolar material ke Rusia termasuk barang-barang yang dapat digunakan dalam sistem persenjataan Rusia. Para pejabat AS mengatakan bahwa China adalah pemasok utama komponen penting bagi Rusia.
AS memberikan sanksi kepada sebuah perusahaan pertahanan milik China yang menurut para pejabat telah mengirimkan peralatan militer untuk digunakan di sektor pertahanan Rusia.
"Langkah ini mengirimkan pesan bahwa AS bersedia untuk mengarungi wilayah yang lebih berbahaya dengan meningkatkan tekanan pada pemerintah China," ujar ekonom senior pada Sekolah Ekonomi Kyiv Benjamin Hilgenstock.
"Kepemimpinan Tiongkok tidak tertarik untuk membuat sanksi-sanksi ini sukses," kata seorang spesialis sanksi, Janis Kluge.
Sanksi ini juga menargetkan infrastruktur keuangan Rusia dengan membatasi jumlah uang yang mengalir masuk dan keluar dari Rusia. Tak lama setelah sanksi diumumkan, Bursa Moskow mengumumkan akan menangguhkan transaksi dalam dolar dan euro.
"Kita harus sangat jujur pada diri kita sendiri bahwa Putin adalah musuh yang sangat cakap yang bersedia untuk beradaptasi dan menemukan kolaborator baru," ujar Direktur Kebijakan dan Implementasi Sanksi Ekonomi Departemen Luar Negeri AS, Aaron Forsberg dikutip dari AP News, Kamis (13/6/2024).
Dia mengatakan sanksi terhadap Rusia bersifat dinamis. Meskipun sanksi-sanksi tersebut tidak menghentikan aliran barang terlarang, tujuannya adalah untuk mempersulit Rusia mendapatkan sumber teknologi penting dan juga menaikkan harga barang-barang tersebut. Sanksi baru tersebut menargetkan lebih dari USD100 juta dalam perdagangan untuk pada pemasok mesin perang.
Tujuh perusahaan yang berbasis di China dan Hong Kong menjadi target baru karena mengirimkan jutaan dolar material ke Rusia termasuk barang-barang yang dapat digunakan dalam sistem persenjataan Rusia. Para pejabat AS mengatakan bahwa China adalah pemasok utama komponen penting bagi Rusia.
AS memberikan sanksi kepada sebuah perusahaan pertahanan milik China yang menurut para pejabat telah mengirimkan peralatan militer untuk digunakan di sektor pertahanan Rusia.
"Langkah ini mengirimkan pesan bahwa AS bersedia untuk mengarungi wilayah yang lebih berbahaya dengan meningkatkan tekanan pada pemerintah China," ujar ekonom senior pada Sekolah Ekonomi Kyiv Benjamin Hilgenstock.
"Kepemimpinan Tiongkok tidak tertarik untuk membuat sanksi-sanksi ini sukses," kata seorang spesialis sanksi, Janis Kluge.
Lihat Juga :
tulis komentar anda