China dan Uni Eropa Saling Balas, BRICS Serukan Lawan Sanksi Barat
Rabu, 26 Juni 2024 - 22:21 WIB
Strategi tersebut dipandang sebagai cara untuk memperkuat kemandirian ekonomi mereka dan melindungi perekonomian mereka dari fluktuasi pasar Amerika Serikat (AS). Potensi dampak konfrontasi ini sangat besar.
Baca Juga: Meski Dihujat, Ini 3 Alasan Thailand Ingin Gabung BRICS dalam Waktu Dekat
Jika perang dagang pecah, hal ini tidak hanya dapat mengganggu sektor kendaraan listrik, tetapi juga seluruh perdagangan ekonomi antara China dan UE. Melansir Contribune, dunia usaha di Eropa dapat menghadapi pembalasan dalam bentuk tarif atau pembatasan perdagangan, sehingga memperburuk situasi perekonomian beberapa industri yang sudah rapuh.
Selain itu, percepatan upaya dedolarisasi dapat mengubah dinamika perdagangan internasional, dan mendorong negara-negara lain untuk bergabung dalam inisiatif ini guna mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS.
Lihat Juga: Gazprom Terlempar dari Daftar Perusahaan Paling Menguntungkan di Rusia, Efek Sanksi Barat?
Baca Juga: Meski Dihujat, Ini 3 Alasan Thailand Ingin Gabung BRICS dalam Waktu Dekat
Jika perang dagang pecah, hal ini tidak hanya dapat mengganggu sektor kendaraan listrik, tetapi juga seluruh perdagangan ekonomi antara China dan UE. Melansir Contribune, dunia usaha di Eropa dapat menghadapi pembalasan dalam bentuk tarif atau pembatasan perdagangan, sehingga memperburuk situasi perekonomian beberapa industri yang sudah rapuh.
Selain itu, percepatan upaya dedolarisasi dapat mengubah dinamika perdagangan internasional, dan mendorong negara-negara lain untuk bergabung dalam inisiatif ini guna mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS.
Lihat Juga: Gazprom Terlempar dari Daftar Perusahaan Paling Menguntungkan di Rusia, Efek Sanksi Barat?
(nng)
tulis komentar anda