14.500 Pekerja Tekstil Kena PHK, Bahlil: Jangan Sedih, Ada yang Pergi, Ada yang Datang
Senin, 29 Juli 2024 - 16:37 WIB
JAKARTA - Fenomena gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di industri tekstil sedang marak dan masih berlanjut. Diketahui, sudah 14.500 orang pekerja tekstil yang menjadi korban PHK per Juli 2024.
Menanggapi isu ini, Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia pun buka suara. Menurutnya ada beberapa faktor yang menyebabkan PHK di industri tekstil .
"Memang benar ada PHK di beberapa tempat di Jawa Barat, itu ada yang satu relokasi pabrik dari Jawa Barat ke daerah lain, satunya lagi pabriknya ditutup," ujar Bahlil dalam Konferensi Pers di Jakarta, Senin (29/7/2024).
Dia mengungkapkan, bahwa ada beberapa persoalan yang menyebabkan industri tekstil mengalami tekanan. "Ada dua masalah, pertama itu mesinnya sudah tua. Yang kedua, biaya ekonominya lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain," tambah Bahlil.
Karena hal ini kemudian terkait dengan produktivitas kerja, Bahlil pun menyarankan bahwa masalah ini membutuhkan jalan tengah. "Hak-hak buruh itu memang harus diperhatikan, tapi di satu sisi, buruh juga harus memperhatikan keberlangsungan perusahaan. Kalau itu tutup ya yang rugi kan semuanya," ucap Bahlil.
Kendati demikian, dia meminta agar para pekerja tidak cepat putus asa ataupun menyerah. Pasalnya, meski ada pabrik yang tutup, masih ada pabrik-pabrik yang baru dibuka dan siap menyerap tenaga kerja.
"Jangan bersedih, namanya ada yang pergi tentu ada yang datang. Kita contohnya baru-baru ini meresmikan pabrik sepatu di kawasan industri terpadu Batang, lapangan kerjanya bisa tercipta hingga 2 ribu lebih," tutur Bahlil.
Menanggapi isu ini, Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia pun buka suara. Menurutnya ada beberapa faktor yang menyebabkan PHK di industri tekstil .
"Memang benar ada PHK di beberapa tempat di Jawa Barat, itu ada yang satu relokasi pabrik dari Jawa Barat ke daerah lain, satunya lagi pabriknya ditutup," ujar Bahlil dalam Konferensi Pers di Jakarta, Senin (29/7/2024).
Dia mengungkapkan, bahwa ada beberapa persoalan yang menyebabkan industri tekstil mengalami tekanan. "Ada dua masalah, pertama itu mesinnya sudah tua. Yang kedua, biaya ekonominya lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain," tambah Bahlil.
Karena hal ini kemudian terkait dengan produktivitas kerja, Bahlil pun menyarankan bahwa masalah ini membutuhkan jalan tengah. "Hak-hak buruh itu memang harus diperhatikan, tapi di satu sisi, buruh juga harus memperhatikan keberlangsungan perusahaan. Kalau itu tutup ya yang rugi kan semuanya," ucap Bahlil.
Kendati demikian, dia meminta agar para pekerja tidak cepat putus asa ataupun menyerah. Pasalnya, meski ada pabrik yang tutup, masih ada pabrik-pabrik yang baru dibuka dan siap menyerap tenaga kerja.
"Jangan bersedih, namanya ada yang pergi tentu ada yang datang. Kita contohnya baru-baru ini meresmikan pabrik sepatu di kawasan industri terpadu Batang, lapangan kerjanya bisa tercipta hingga 2 ribu lebih," tutur Bahlil.
(akr)
tulis komentar anda