Harga Gas Eropa Melonjak Setelah Ukraina Serang Kursk
Selasa, 13 Agustus 2024 - 18:05 WIB
JAKARTA - Harga gas alam di Eropa Barat melonjak naik pada hari Senin (12/8), menurut data dari Bursa Efek London (ICE). Harga gas berjangka untuk pengiriman bulan September di hub TTF di Belanda meningkat sekitar 6% menjadi USD490 per seribu meter kubik, atau 42,82 euro per megawatt-jam, sebelum sedikit menurun.
Terakhir kali harga gas berjangka berada pada level ini adalah pada awal Desember. Harga gas mulai melonjak minggu lalu, tepat saat pasukan Ukraina melancarkan serangan lintas batas ke Wilayah Kursk, Rusia. Mengutip Russia Today, Selasa (13/8/2024), investor khawatir tentang kemungkinan dampak pertempuran terhadap transit gas pipa Rusia ke UE melalui jaringan transit Ukraina.
Salah satu kota yang terkena dampak bentrokan adalah Sudzha, yang terletak sekitar 9 km dari perbatasan. Kota ini menjadi lokasi stasiun pengukuran gas terakhir yang beroperasi antara Ukraina dan Rusia. Pada hari Jumat, juru bicara perusahaan energi raksasa Rusia Gazprom, Sergey Kupriyanov, memperingatkan bahwa pertempuran di dekat Sudzha akan menaikkan harga gas alam. Namun, Senin lalu, Kupriyanov mengatakan bahwa pengiriman gas melalui Sudzha masih berlanjut sesuai dengan volume yang dikontrak.
Sanksi terkait Ukraina yang diberlakukan oleh Brussels terhadap Rusia sejauh ini belum menargetkan pasokan gas pipa.
Banyak negara anggota Uni Eropa, termasuk Polandia, Bulgaria, Finlandia, Belanda, dan Denmark, menghentikan impor mereka secara sukarela. Namun, Austria, Hongaria, Slowakia, dan Italia masih mengimpor gas pipa Rusia. Slowakia melaporkan minggu lalu bahwa volume yang masuk telah menurun, dengan menyatakan bahwa "pasokan gas Rusia melalui Ukraina menuju Slowakia sangat terancam" oleh pertempuran tersebut.
Perjanjian pengiriman gas antara Gazprom dan Ukraina berakhir pada akhir tahun ini, dan Kiev mengatakan tidak memiliki rencana untuk memperpanjangnya. Dilaporkan bulan lalu bahwa beberapa negara UE sedang membahas cara untuk memungkinkan aliran gas terus berlanjut melalui jaringan transit Ukraina setelah tahun 2024.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Terakhir kali harga gas berjangka berada pada level ini adalah pada awal Desember. Harga gas mulai melonjak minggu lalu, tepat saat pasukan Ukraina melancarkan serangan lintas batas ke Wilayah Kursk, Rusia. Mengutip Russia Today, Selasa (13/8/2024), investor khawatir tentang kemungkinan dampak pertempuran terhadap transit gas pipa Rusia ke UE melalui jaringan transit Ukraina.
Salah satu kota yang terkena dampak bentrokan adalah Sudzha, yang terletak sekitar 9 km dari perbatasan. Kota ini menjadi lokasi stasiun pengukuran gas terakhir yang beroperasi antara Ukraina dan Rusia. Pada hari Jumat, juru bicara perusahaan energi raksasa Rusia Gazprom, Sergey Kupriyanov, memperingatkan bahwa pertempuran di dekat Sudzha akan menaikkan harga gas alam. Namun, Senin lalu, Kupriyanov mengatakan bahwa pengiriman gas melalui Sudzha masih berlanjut sesuai dengan volume yang dikontrak.
Sanksi terkait Ukraina yang diberlakukan oleh Brussels terhadap Rusia sejauh ini belum menargetkan pasokan gas pipa.
Banyak negara anggota Uni Eropa, termasuk Polandia, Bulgaria, Finlandia, Belanda, dan Denmark, menghentikan impor mereka secara sukarela. Namun, Austria, Hongaria, Slowakia, dan Italia masih mengimpor gas pipa Rusia. Slowakia melaporkan minggu lalu bahwa volume yang masuk telah menurun, dengan menyatakan bahwa "pasokan gas Rusia melalui Ukraina menuju Slowakia sangat terancam" oleh pertempuran tersebut.
Perjanjian pengiriman gas antara Gazprom dan Ukraina berakhir pada akhir tahun ini, dan Kiev mengatakan tidak memiliki rencana untuk memperpanjangnya. Dilaporkan bulan lalu bahwa beberapa negara UE sedang membahas cara untuk memungkinkan aliran gas terus berlanjut melalui jaringan transit Ukraina setelah tahun 2024.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(fjo)
tulis komentar anda