Jumlah Perusahaan Raksasa AS yang Terancam dengan Kehadiran AI Melonjak 473,5%
Selasa, 20 Agustus 2024 - 13:41 WIB
Hal itu karena AI telah berdampak baik langsung dan tidak melalui industri tadi, membuat pemain dan perusahaan waspada terhadap teknologi baru.
"Perkembangan teknologi baru, termasuk pengembangan dan penggunaan kecerdasan buatan generatif, berkembang pesat," kata petinggi streaming Netflix dalam laporan tahunannya.
"Jika pesaing kami mendapatkan keuntungan dengan menggunakan teknologi tersebut, kemampuan kami untuk bersaing secara efektif dan hasil operasi kami dapat berdampak buruk," lanjutnya.
Sedangkan raksasa Hollywood, Disney mengatakan, aturan yang mengatur teknologi baru seperti AI generatif "tidak stabil," dan pada akhirnya dapat memengaruhi aliran pendapatan terkait penggunaan kekayaan intelektual dan bagaimana ia menciptakan produk hiburan.
Arise mengatakan, 86,4% perusahaan perangkat lunak dan teknologi, 70% telekomunikasi, 65,1% perusahaan perawatan kesehatan, 62,7% keuangan, dan 60% pengecer juga memperingatkan soal risiko AI.
Sebaliknya, hanya 18,8% perusahaan otomotif yang menandai risiko AI, bersama dengan 37,3% perusahaan energi dan 39,7% produsen.
Peringatan juga datang dari perusahaan yang memasukkan AI ke dalam produk mereka. Motorola mengatakan "AI mungkin tidak selalu beroperasi sebagaimana mestinya dan kumpulan data mungkin tidak mencukupi atau berisi informasi ilegal, bias, berbahaya atau menyinggung, yang dapat berdampak negatif pada hasil operasi, reputasi bisnis, atau penerimaan pelanggan terhadap penawaran AI kami."
Salesforce merujuk ke AI dan platform Customer 360, yang memberikan informasi tentang pelanggan, "Jika kami mengaktifkan atau menawarkan solusi yang menarik kontroversi karena dampak yang dirasakan atau aktual terhadap hak asasi manusia, privasi, pekerjaan, atau dalam konteks sosial lainnya. Kami mungkin akan diawasi pemerintah, atau hadirnya peraturan yang baru, rusaknya brand atau reputasi, kerugian kompetitif atau tanggung jawab hukum."
AI juga diperingatkan memiliki risiko dalam hal keamanan siber dan kebocoran data. Faktanya, konferensi keamanan Def Con baru-baru ini menyoroti pentingnya AI dalam keamanan siber.
Sementara itu, sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Hospitality Market and Management pada bulan Juni menemukan konsumen kurang tertarik untuk membeli suatu barang jika diberi label dengan istilah "AI".
"Perkembangan teknologi baru, termasuk pengembangan dan penggunaan kecerdasan buatan generatif, berkembang pesat," kata petinggi streaming Netflix dalam laporan tahunannya.
"Jika pesaing kami mendapatkan keuntungan dengan menggunakan teknologi tersebut, kemampuan kami untuk bersaing secara efektif dan hasil operasi kami dapat berdampak buruk," lanjutnya.
Sedangkan raksasa Hollywood, Disney mengatakan, aturan yang mengatur teknologi baru seperti AI generatif "tidak stabil," dan pada akhirnya dapat memengaruhi aliran pendapatan terkait penggunaan kekayaan intelektual dan bagaimana ia menciptakan produk hiburan.
Arise mengatakan, 86,4% perusahaan perangkat lunak dan teknologi, 70% telekomunikasi, 65,1% perusahaan perawatan kesehatan, 62,7% keuangan, dan 60% pengecer juga memperingatkan soal risiko AI.
Sebaliknya, hanya 18,8% perusahaan otomotif yang menandai risiko AI, bersama dengan 37,3% perusahaan energi dan 39,7% produsen.
Peringatan juga datang dari perusahaan yang memasukkan AI ke dalam produk mereka. Motorola mengatakan "AI mungkin tidak selalu beroperasi sebagaimana mestinya dan kumpulan data mungkin tidak mencukupi atau berisi informasi ilegal, bias, berbahaya atau menyinggung, yang dapat berdampak negatif pada hasil operasi, reputasi bisnis, atau penerimaan pelanggan terhadap penawaran AI kami."
Salesforce merujuk ke AI dan platform Customer 360, yang memberikan informasi tentang pelanggan, "Jika kami mengaktifkan atau menawarkan solusi yang menarik kontroversi karena dampak yang dirasakan atau aktual terhadap hak asasi manusia, privasi, pekerjaan, atau dalam konteks sosial lainnya. Kami mungkin akan diawasi pemerintah, atau hadirnya peraturan yang baru, rusaknya brand atau reputasi, kerugian kompetitif atau tanggung jawab hukum."
AI juga diperingatkan memiliki risiko dalam hal keamanan siber dan kebocoran data. Faktanya, konferensi keamanan Def Con baru-baru ini menyoroti pentingnya AI dalam keamanan siber.
Sementara itu, sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Hospitality Market and Management pada bulan Juni menemukan konsumen kurang tertarik untuk membeli suatu barang jika diberi label dengan istilah "AI".
tulis komentar anda