Melawan Hegemoni Ekonomi AS, Negara Asia Berbondong-bondong Berminat Gabung BRICS
Kamis, 22 Agustus 2024 - 12:32 WIB
"Jika dunia pecah menjadi blok, berada di dalam lebih mengalahkan bila kita berada di keluar," kata Deborah Elms, kepala kebijakan perdagangan di Hinrich Foundation.
"China sudah menjadi mitra dagang terbesar bagi Malaysia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya dan juga merupakan sumber bantuan pembangunan terbesar buat beberapa negara di kawasan ini," kata Rahman.
Sementara itu bagi PM Malaysia Anwar Ibrahim, bergabung dengan BRICS bisa menjadi cara untuk mengamankan kesepakatan perdagangan atau investasi untuk negara Asia Tenggara itu.
"Niat untuk bergabung dengan BRICS dapat mendorong negara-negara Barat untuk meningkatkan investasi mereka di Malaysia, atau bahkan mendorong (Malaysia) mempertimbangkan agar mengajukan keanggotaan dalam aliansi yang bersekutu dengan Barat, seperti OECD," ucap Wen Chong Cheah, seorang analis Asia-Pasifik di Economist Intelligence Unit, menjelaskan.
Industri semikonduktor Malaysia juga bisa mendapat manfaat dari hubungan yang lebih dekat dengan China dan India, karena pasar raksasa dua konsumen tersebut dapat membeli lebih banyak elektronik buatan Malaysia, ungkap Cheah menjelaskan. Keanggotaan BRICS juga dapat memicu peningkatan pariwisata dari negara-negara anggota, terutama China dan India.
Thailand mungkin juga tertarik pada BRICS sebagai cara untuk mendongkrak ekonominya yang merosot. Pertumbuhan terpantau melambat baru-baru ini karena industri pariwisata negara itu masih berjuang untuk pulih dari pandemi Covid.
Jim O'Neill, mantan kepala ekonom di Goldman Sachs, pada tahun 2001 berpendapat bahwa Brasil, Rusia, India, dan China akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi global, hingga terciptalah istilah "BRIC."
Keempat pemerintah mengadopsi nama itu ketika mereka secara resmi memulai organisasi lewat gelaran KTT 2009 di kota Yekaterinburg, Rusia. Kelompok ini menambahkan "S" ke namanya ketika Afrika Selatan bergabung pada tahun 2010, menjadi "BRICS."
Mengapa Malaysia dan Thailand Ingin Gabung BRICS?
"China sudah menjadi mitra dagang terbesar bagi Malaysia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya dan juga merupakan sumber bantuan pembangunan terbesar buat beberapa negara di kawasan ini," kata Rahman.
Sementara itu bagi PM Malaysia Anwar Ibrahim, bergabung dengan BRICS bisa menjadi cara untuk mengamankan kesepakatan perdagangan atau investasi untuk negara Asia Tenggara itu.
"Niat untuk bergabung dengan BRICS dapat mendorong negara-negara Barat untuk meningkatkan investasi mereka di Malaysia, atau bahkan mendorong (Malaysia) mempertimbangkan agar mengajukan keanggotaan dalam aliansi yang bersekutu dengan Barat, seperti OECD," ucap Wen Chong Cheah, seorang analis Asia-Pasifik di Economist Intelligence Unit, menjelaskan.
Industri semikonduktor Malaysia juga bisa mendapat manfaat dari hubungan yang lebih dekat dengan China dan India, karena pasar raksasa dua konsumen tersebut dapat membeli lebih banyak elektronik buatan Malaysia, ungkap Cheah menjelaskan. Keanggotaan BRICS juga dapat memicu peningkatan pariwisata dari negara-negara anggota, terutama China dan India.
Thailand mungkin juga tertarik pada BRICS sebagai cara untuk mendongkrak ekonominya yang merosot. Pertumbuhan terpantau melambat baru-baru ini karena industri pariwisata negara itu masih berjuang untuk pulih dari pandemi Covid.
Apa itu BRICS?
Jim O'Neill, mantan kepala ekonom di Goldman Sachs, pada tahun 2001 berpendapat bahwa Brasil, Rusia, India, dan China akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi global, hingga terciptalah istilah "BRIC."
Keempat pemerintah mengadopsi nama itu ketika mereka secara resmi memulai organisasi lewat gelaran KTT 2009 di kota Yekaterinburg, Rusia. Kelompok ini menambahkan "S" ke namanya ketika Afrika Selatan bergabung pada tahun 2010, menjadi "BRICS."
tulis komentar anda