Soal Surplus dan Defisit Pangan, Akademisi: Tak Masalah Asal Distribusi Lancar

Sabtu, 02 Mei 2020 - 07:07 WIB
Lebih lanjut Gandhi menyebutkan beberapa wilayah memang tidak mengembangkan bawang merah, karena tidak semua kabupaten cocok dan sesuai, kalaupun dipaksakan dengan teknologi juga tidak kompetitif. Maka kini terbentuklah sentra bawang merah di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, NTB, Sulawesi Selatan yang hasilnya ratusan ribu ton perbulan mampu memasok ke seluruh provinsi. Hal yang sama untuk cabai, sapi, gula dan lainnya.

"Jadi jangan heran jika sejak dulu, kini dan sampai kapanpun ada wilayah sentra dan non sentra, ada yang surplus, ada yang defisit. Ini tidak masalah, apabila prasarana distribusinya dibangun secara baik," jelasnya.

Oleh karena itu, Gandhi menegaskan surplus dan defisit itu adalah soal hitungan neraca pangan, sudah diketahui bersama bahwa wilayah defisit itu bukan berarti kekurangan pangan. Sumber daya pangan lokal di setiap wilayah siap mensubstitusi.

"Contohnya kebutuhan pangan wilayah Riau dan Kepulauan Riau ada sagu dan pangan lokal lain. NTT ada jagung komposit, ada shorgum, ada ubi. Wilayah Maluku dan Papua tetap aman ada sagu, aneka umbi. Untuk diketahui Merauke Papua produksi beras melimpah karena sumberdaya alamnya," tegasnya.

Dengan demikian, menurut Gandhi, arahnya pemerintah juga sudah jelas, bahwa di setiap wilayah NKRI harus mampu mencukupi pangan sendiri, apapun potensi ditanam, dibudidayakan dan dikonsumsi masyarakat. Sudah dipetakan wilayah eksisting dan wilayah mana saja yang bisa digali potensinya, yang bisa digarap untuk pangan.

"Ratusan ribu bahkan jutaan hektar potensi wilayah di luar Jawa masih terbuka dengan teknologi dan proses budidaya yang tepat untuk pangan," ungkapnya.

"Saya himbau kepada semua pihak, agar selalu berpikiran postitif, tetap optimis, percayakan pada Pemerintah pasti bersama petani menjaga pangan bangsa. Para petani gigih berjuang mencukupi pangan untuk merah putih, kita juga perlu untuk menanam skala family farming di rumah kita saat pandemi ini," pinta Gandhi.

Perlu diketahui, perkiraan ketersediaan pangan nasional berdasarkan perkiraan produksi yang dirilis BPS, terdapat surplus beras hingga Juni 2020 diperkirakan 6,4 juta ton, jagung surplus 1,01 juta ton, bawang merah surplus 330.384 ton.

Delapan komoditas lainnya, yakni bawang putih, cabai merah besar, cabai rawit, daging sapi, daging kerbau, telur ayam, gula pasir, dan minyak goreng, juga diperkirakan surplus.

Untuk komoditas beras, stok beras akhir Maret 2020 sebanyak 3,45 juta ton, yang ada di Bulog 1,4 jt ton, di penggilingan 1,2 jt ton, di pedagang 754 ribu ton, dan di Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) 2.939 ton. Ini belum termasuk stok di masyarakat lainnya seperti di rumah tangga dan horeka.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More