Industri Manufaktur RI Jeblok, Rupiah Ditutup Melemah ke Rp15.525

Senin, 02 September 2024 - 16:15 WIB
Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah. FOTO/dok.SINDOnews
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah 70 poin atau 0,45 persen ke level Rp15.525 setelah sebelumnya di Rp15.455 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat dibuka pada level Rp15.521 per USD.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat dipengaruhi pelaku pasar yang mengurangi taruhan untuk pelonggaran kebijakan agresif oleh Federal Reserve dengan fokus sekarang beralih ke laporan pekerjaan AS yang penting di akhir minggu ini.

"Kenaikan imbal hasil Treasury jangka panjang ke level tertinggi sejak pertengahan Agustus setelah ukuran inflasi AS yang diawasi ketat tetap stabil, mengurangi keharusan bagi Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada 18 September," tulis Ibrahim dalam risetnya, Senin (2/9/2024).

Baca Juga: Dolar Perkasa, Rupiah Melemah ke Level Rp15.455



Para pedagang saat ini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga Fed sebesar 50 bp bulan ini sebesar 33 persen, dibandingkan dengan kemungkinan pemangkasan seperempat poin sebesar 67 persen. Seminggu sebelumnya, ekspektasi untuk pemangkasan yang lebih besar adalah 36 persen.

"Libur umum di AS pada hari Senin berpotensi memperlambat awal minggu bagi dolar, kata para analis, tetapi pada hari-hari lainnya akan ada aliran data ekonomi makro yang stabil yang berpuncak pada data penggajian nonpertanian pada hari Jumat," katanya.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penambahan 165.000 pekerjaan pada bulan Agustus, meningkat dari peningkatan 114.000 pada bulan sebelumnya, dan tingkat pengangguran turun menjadi 4,2 persen.

Kemudian, Gubernur Fed Christopher Waller dan Presiden Fed NY John Williams kebetulan berpidato setelah data pekerjaan, yang memberikan reaksi pasar yang hampir instan. Yang juga penting minggu ini adalah survei ISM, lowongan pekerjaan JOLTS dan ketenagakerjaan ADP, perdagangan dan Beige Book Fed.

Selain itu, aktivitas manufaktur China merosot ke level terendah dalam enam bulan pada bulan Agustus karena harga di tingkat pabrik anjlok dan pemilik berjuang untuk mendapatkan pesanan, survei resmi menunjukkan pada hari Sabtu, menekan para pembuat kebijakan untuk terus melanjutkan rencana untuk mengarahkan lebih banyak stimulus ke rumah tangga.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More