Kejatuhan Kelas Menengah Indonesia, Makan Tabungan Jadi Pertanda
Selasa, 24 September 2024 - 20:09 WIB
JAKARTA - Sinyal kuat jatuhnya kelas menengah di Indonesia yang terus merosot semakin terlihat, seiring banyaknya nasabah yang makan tabungan. Fakta ini diungkapkan oleh Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Santoso kemarin yang mengatakan, dalam 3 hingga 6 bulan terakhir terakhir terjadi fenomena makan tabungan yang dilakukan oleh para nasabah BCA.
Menurutnya, hal demikian terjadi lantaran kondisi makro ekonomi Indonesia yang belum cukup pulih. Sehingga banyak nasabah yang mengambil uang dari yang sebelumnya disimpan di Bank. Fenomena ini terjadi tidak hanya terjadi di masyarakat, tapi juga dilakukan oleh korporasi.
"Bisnis memang masih bekerja, namun pertumbuhannya mulai agak berat, karena kebanyakan, banyak pebisnis lingkup bisnisnya mengalami slow down," ujarnya dalam acara pengumuman program Gebyar Hadiah BCA Tahap I di Jakarta, Senin (23/9/2024).
"Tantangan kita ada di kelas menengah bawah, itu karena jumlah average bisnis mereka tidak banyak tumbuh, bahkan ada cenderung di segmen tertentu pertumbuhan rerata lebih rendah 6 bulan terakhir," kata Santoso.
"Sehingga kesimpulannya mereka dalam kondisi survive mode, mungkin ada yang terkena PHK, bisnis lagi sepi, itu adalah realita," pungkasnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan drastis jumlah kelas menengah sejak pandemi, dari 21,54% pada 2019 menjadi hanya 17,44% di 2024. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi kelas menengah di Indonesia, yang mayoritas terdiri dari generasi muda.
Penurunan ini mencerminkan tren yang mengkhawatirkan, dengan makin banyak generasi muda yang turun kelas ke kelompok aspiring middle class, yaitu mereka yang berada di antara kelas bawah dan menengah. Kondisi ini juga menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan ekonomi, mengingat bahwa kelas menengah selama ini menjadi motor utama konsumsi domestik.
Menurutnya, hal demikian terjadi lantaran kondisi makro ekonomi Indonesia yang belum cukup pulih. Sehingga banyak nasabah yang mengambil uang dari yang sebelumnya disimpan di Bank. Fenomena ini terjadi tidak hanya terjadi di masyarakat, tapi juga dilakukan oleh korporasi.
"Bisnis memang masih bekerja, namun pertumbuhannya mulai agak berat, karena kebanyakan, banyak pebisnis lingkup bisnisnya mengalami slow down," ujarnya dalam acara pengumuman program Gebyar Hadiah BCA Tahap I di Jakarta, Senin (23/9/2024).
"Tantangan kita ada di kelas menengah bawah, itu karena jumlah average bisnis mereka tidak banyak tumbuh, bahkan ada cenderung di segmen tertentu pertumbuhan rerata lebih rendah 6 bulan terakhir," kata Santoso.
"Sehingga kesimpulannya mereka dalam kondisi survive mode, mungkin ada yang terkena PHK, bisnis lagi sepi, itu adalah realita," pungkasnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan drastis jumlah kelas menengah sejak pandemi, dari 21,54% pada 2019 menjadi hanya 17,44% di 2024. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi kelas menengah di Indonesia, yang mayoritas terdiri dari generasi muda.
Penurunan ini mencerminkan tren yang mengkhawatirkan, dengan makin banyak generasi muda yang turun kelas ke kelompok aspiring middle class, yaitu mereka yang berada di antara kelas bawah dan menengah. Kondisi ini juga menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan ekonomi, mengingat bahwa kelas menengah selama ini menjadi motor utama konsumsi domestik.
Lihat Juga :
tulis komentar anda