Anindya Bakrie Ungkap 5 Prinsip Agar Sukses di Kuliah Umum MNC University, Apa Itu?
Rabu, 25 September 2024 - 18:30 WIB
JAKARTA - Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie hadir sebagai pembicara di kuliah umum MNC University yang digelar di Convention Hall iNews Tower, Jakarta Pusat pada Rabu (25/9/2024). Dalam acara tersebut dirinya memaparkan prinsip 5C yang sangat dibutuhkan di dunia kerja.
Di hadapan ratusan mahasiswa, Anindya mengungkapkan bahwa prinsip 5C merupakan soft skill yang wajib dimiliki setiap individu untuk bisa bersaing dan menjadi pemenang. Ia menjabarkan 5C mencakup Creativity, Critical Thinking, Communication, Collaboration, dan Character.
"Kreativitas tentu sangat penting. Kemudian critical thinking, jadi mesti bisa berpikir kritis bukan negatif. Lalu dituntut juga mampu berkomunikasi. Banyak orang pintar tapi tidak bisa berkomunikasi percuma. Selanjutnya mampu berkolaborasi dan terakhir harus punya karakter," ujarnya.
Lebih jauh Anindya menyebut karakter yang unggul menjadi modal utama untuk bisa menggapai kesuksesan, di samping perlu juga moralitas serta etika. Ia mencontohkan kegigihan petenis asal Swiss, Roger Federer yang berkali-kali jatuh namun tetap bangkit untuk meraih peringkat satu dunia.
"Pernah denger Roger Federer? Pernah dong. Petenis Swiss, hebat. Dia mengatakan bisa menjadi sangat hebat hanya dengan menang 52% dari setiap point. Jadi selama Anda bangun dari jatuh dan menang 52% dari kesempatan yang ada, jangan pernah merasa gagal," katanya.
Selain menanamkan semangat pantang menyerah, Anindya juga menekankan pentingnya etika kerja di dunia profesional. Disampaikan olehnya, etika kerja menjadi satu hal yang paling dibutuhkan untuk bisa memenangkan persaingan dalam dunia usaha.
"Jadi memang etika kerja ini hanya bisa dilakukan, ga bisa cuma diomongkan. Lalu bagian dari etika kerja itu adalah selalu berpikir how to do more with less, produktif. Mentalnya itu selalu ingin melakukan lebih, tapi dengan sumber daya yang minimal," ujarnya.
Di samping memiliki mindset produktif, untuk bisa meraih sukses juga diperlukan kedisiplinan. Anindya menyebut contoh sederhananya adalah dengan jangan menormalisasi keterlambatan. Menurutnya, dengan tepat waktu seseorang bukan hanya menghargai diri sendiri tapi juga orang lain.
"(Terlambat) Itu bukan saja menghilangkan sumber daya diri sendiri, tapi juga orang lain. Jadi respect kepada orang lain tuh kurang. Nah kenapa saya senang sekali dengan para atlet itu karena mereka tidak usah diajari tepat waktu. Karena atlet itu memang setiap detiknya diperhatikan," tandasnya.
Di hadapan ratusan mahasiswa, Anindya mengungkapkan bahwa prinsip 5C merupakan soft skill yang wajib dimiliki setiap individu untuk bisa bersaing dan menjadi pemenang. Ia menjabarkan 5C mencakup Creativity, Critical Thinking, Communication, Collaboration, dan Character.
Baca Juga
"Kreativitas tentu sangat penting. Kemudian critical thinking, jadi mesti bisa berpikir kritis bukan negatif. Lalu dituntut juga mampu berkomunikasi. Banyak orang pintar tapi tidak bisa berkomunikasi percuma. Selanjutnya mampu berkolaborasi dan terakhir harus punya karakter," ujarnya.
Lebih jauh Anindya menyebut karakter yang unggul menjadi modal utama untuk bisa menggapai kesuksesan, di samping perlu juga moralitas serta etika. Ia mencontohkan kegigihan petenis asal Swiss, Roger Federer yang berkali-kali jatuh namun tetap bangkit untuk meraih peringkat satu dunia.
"Pernah denger Roger Federer? Pernah dong. Petenis Swiss, hebat. Dia mengatakan bisa menjadi sangat hebat hanya dengan menang 52% dari setiap point. Jadi selama Anda bangun dari jatuh dan menang 52% dari kesempatan yang ada, jangan pernah merasa gagal," katanya.
Selain menanamkan semangat pantang menyerah, Anindya juga menekankan pentingnya etika kerja di dunia profesional. Disampaikan olehnya, etika kerja menjadi satu hal yang paling dibutuhkan untuk bisa memenangkan persaingan dalam dunia usaha.
"Jadi memang etika kerja ini hanya bisa dilakukan, ga bisa cuma diomongkan. Lalu bagian dari etika kerja itu adalah selalu berpikir how to do more with less, produktif. Mentalnya itu selalu ingin melakukan lebih, tapi dengan sumber daya yang minimal," ujarnya.
Di samping memiliki mindset produktif, untuk bisa meraih sukses juga diperlukan kedisiplinan. Anindya menyebut contoh sederhananya adalah dengan jangan menormalisasi keterlambatan. Menurutnya, dengan tepat waktu seseorang bukan hanya menghargai diri sendiri tapi juga orang lain.
"(Terlambat) Itu bukan saja menghilangkan sumber daya diri sendiri, tapi juga orang lain. Jadi respect kepada orang lain tuh kurang. Nah kenapa saya senang sekali dengan para atlet itu karena mereka tidak usah diajari tepat waktu. Karena atlet itu memang setiap detiknya diperhatikan," tandasnya.
(fch)
Lihat Juga :
tulis komentar anda