Jegal Dominasi Barat, Ekonomi BRICS Kini Lebih Unggul dari G7

Jum'at, 11 Oktober 2024 - 10:50 WIB
Seorang pria berjalan di luar tempat yang menjadi tuan rumah pertemuan para menteri luar negeri kelompok negara BRICS di Kota Nizhny Novgorod, Rusia, 9 Juni 2024. FOTO/RT via Reuters
JAKARTA - Porsi negara-negara BRICS dalam produk domestik bruto (PDB) global diukur melalui purchasing power parity (PPP) berhasil tumbuh stabil mencapai 36,7%. Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov dalam rangkaian pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara BRICS di Rusia, Kamis (10/10/2024).

Para pejabat tersebut bertemu di Moskow untuk mendiskusikan kemungkinan perbaikan pada sistem moneter dan keuangan internasional menjelang KTT BRICS 2024 di Kazan akhir bulan ini. Rusia merupakan ketua BRICS saat ini.

"Negara-negara BRICS adalah mesin pertumbuhan ekonomi global," ujar Anton Siluanov, dilansir dari Russia Today, Jumat (11/10/2024).





Dia mengungkapkan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata ekonomi kelompok ini akan mencapai 4,4% pada 2024-2025. "Jika kita melihat negara-negara G7, itu adalah 1,7%. Jelas siapa yang berkembang lebih dinamis," kata Siluanov.

Namun ia menambahkan bahwa ini bukanlah masalah persaingan, melainkan tugasnya adalah untuk memastikan tingkat pertumbuhan negara anggota BRICS yang lebih tinggi dari ekonomi BRICS untuk memastikan pendapatan masyarakat mengalami peningkatan.

Kelompok negara berkembang BRICS, yang sebelumnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan mengalami ekspansi besar-besaran setelah Iran, Ethiopia, Mesir, dan Uni Emirat Arab (UEA) bergabung pada Januari lalu. Lebih dari 30 negara termasuk anggota NATO, Turki, telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan aliansi ekonomi ini.



Menurut data dari IMF, pangsa G7, yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jepang, Italia, AS, Inggris, dan Uni Eropa dalam PDB global dalam hal PPP telah mengalami penurunan yang stabil selama beberapa tahun terakhir, turun dari 50,42% pada 1982 menjadi 30,39% pada 2022. Lembaga yang berbasis di Washington ini memperkirakan angka tersebut akan turun tipis menjadi 29,44% tahun ini.
(nng)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More