Sritex Krisis Bahan Baku, Nasib Pekerja Makin Terancam
Rabu, 13 November 2024 - 15:45 WIB
JAKARTA - PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex mengalami krisis bahan baku lantaran pasokan hanya bertahan 3 minggu ke depan. Potensi kelangkaan bahan baku diakui oleh Direktur Utama sekaligus Presiden Komisaris Sritex Iwan Setiawan Lukminto. Menurutnya, stok bahan utama yang digunakan dalam proses produksi hanya mampu bertahan tiga minggu.
"Jadi ketersediaan bahan baku ini sekarang kekuatannya sampai 3 minggu ke depan, demikian," ujar Iwan saat ditemui di gedung Kementerian Ketenagakerjaan, Rabu (13/11/2024).
Menurut dia krisis bahan baku mengancam nasib karyawan emiten tekstil yang berlokasi di Sukoharjo, Jawa Tengah itu. Iwan mengaku, bila tidak segera ditangani, maka jumlah pekerja yang diliburkan alias tidak dipekerjakan sementara waktu semakin banyak.
Saat ini, Sritex sudah meliburkan 2.500 karyawan. Sekalipun hak atau gaji mereka tetap dipenuhi perusahaan. Tak hanya itu, minimnya bahan baku produksi yang dibarengi oleh stagnasi bisnis dapat berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK). "Jadi jangan sampai ini menjadi masalah, menambah masalah disitu," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, Sritex masih bisa melaksanakan kegiatan ekspor dan impor, meskipun perusahaan dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Izin kegiatan ekspor dan impor sudah diterbitkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan. Keputusan ini diambil setelah Sritex dan kurator melakukan pembahasan dengan Bea Cukai.
Hanya saja, Iwan mengaku rekening Sritex perusahaan masih diblokir pihak perbankan, akibatnya kegiatan usaha yang seharusnya dapat dilakukan terkendala. "Tentang rekening bank yang di blokir juga itu kan menambah masalah lagi," ucap dia.
"Jadi ketersediaan bahan baku ini sekarang kekuatannya sampai 3 minggu ke depan, demikian," ujar Iwan saat ditemui di gedung Kementerian Ketenagakerjaan, Rabu (13/11/2024).
Menurut dia krisis bahan baku mengancam nasib karyawan emiten tekstil yang berlokasi di Sukoharjo, Jawa Tengah itu. Iwan mengaku, bila tidak segera ditangani, maka jumlah pekerja yang diliburkan alias tidak dipekerjakan sementara waktu semakin banyak.
Saat ini, Sritex sudah meliburkan 2.500 karyawan. Sekalipun hak atau gaji mereka tetap dipenuhi perusahaan. Tak hanya itu, minimnya bahan baku produksi yang dibarengi oleh stagnasi bisnis dapat berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK). "Jadi jangan sampai ini menjadi masalah, menambah masalah disitu," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, Sritex masih bisa melaksanakan kegiatan ekspor dan impor, meskipun perusahaan dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Izin kegiatan ekspor dan impor sudah diterbitkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan. Keputusan ini diambil setelah Sritex dan kurator melakukan pembahasan dengan Bea Cukai.
Hanya saja, Iwan mengaku rekening Sritex perusahaan masih diblokir pihak perbankan, akibatnya kegiatan usaha yang seharusnya dapat dilakukan terkendala. "Tentang rekening bank yang di blokir juga itu kan menambah masalah lagi," ucap dia.
(nng)
tulis komentar anda