Trump Ancam China dengan Tarif, Ini 3 Perusahaan yang Terpengaruh
Rabu, 13 November 2024 - 21:25 WIB
JAKARTA - Sejumlah eksekutif telah memperingatkan bahwa kenaikan harga akan segera terjadi jika rencana tarif Presiden terpilih Donald Trump diberlakukan. Pada masa kampanye, Trump mengusulkan tarif 60% untuk barang-barang yang diimpor dari China ditambah dengan tarif 10% hingga 20% untuk barang-barang yang diimpor dari negara lain.
Meskipun presiden terpilih dapat memilih untuk tidak memberlakukan tarif pada skala tersebut setelah ia menjabat, para ekonom dan pasar telah memperkirakan bahwa proposalnya akan meningkatkan inflasi dan memaksa Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga.
Beberapa perusahaan telah mulai menanggapi kemenangan Trump dalam pemilu dan implikasi dari proposal tarifnya terhadap harga barang mereka. Para eksekutif telah mengatakan kepada para analis melalui panggilan telepon bahwa akan sulit untuk mempertahankan harga saat ini di bawah tarif Trump yang luas.
Perusahaan-perusahaan lain masih menunggu informasi lebih lanjut dari presiden terpilih. CEO ELF Beauty, Tarang Amin mengatakan kepada perusahaannya harus terlebih dahulu melihat kebijakan yang diberlakukan Trump sebelum membuat perubahan apa pun pada penetapan harga dan bahwa kebijakan baru tidak akan memengaruhi bisnisnya hingga tahun fiskal 2025.
"Kami tidak menyukai tarif karena itu adalah pajak bagi rakyat Amerika," kata Amin dikutip dari Business Insider, Rabu (13/11/2024). Dia menambahkan bahwa perusahaan telah dikenakan tarif 25% sejak 2019 karena kebijakan dari masa jabatan pertama Trump.
"Kami menarik semua tuas yang tersedia bagi kami untuk meminimalkan dampak terhadap perusahaan dan komunitas kami."
Juru bicara transisi Trump-Vance, Karoline Leavitt mengatakan, pada masa jabatan pertamanya, Presiden Trump memberlakukan tarif terhadap China yang menciptakan lapangan kerja, memacu investasi, dan tidak menghasilkan inflasi. Ia menambahkan bahwa Trump akan bekerja dengan cepat untuk menurunkan pajak dan menciptakan lebih banyak pekerjaan di Amerika.
Meskipun presiden terpilih dapat memilih untuk tidak memberlakukan tarif pada skala tersebut setelah ia menjabat, para ekonom dan pasar telah memperkirakan bahwa proposalnya akan meningkatkan inflasi dan memaksa Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga.
Beberapa perusahaan telah mulai menanggapi kemenangan Trump dalam pemilu dan implikasi dari proposal tarifnya terhadap harga barang mereka. Para eksekutif telah mengatakan kepada para analis melalui panggilan telepon bahwa akan sulit untuk mempertahankan harga saat ini di bawah tarif Trump yang luas.
Perusahaan-perusahaan lain masih menunggu informasi lebih lanjut dari presiden terpilih. CEO ELF Beauty, Tarang Amin mengatakan kepada perusahaannya harus terlebih dahulu melihat kebijakan yang diberlakukan Trump sebelum membuat perubahan apa pun pada penetapan harga dan bahwa kebijakan baru tidak akan memengaruhi bisnisnya hingga tahun fiskal 2025.
"Kami tidak menyukai tarif karena itu adalah pajak bagi rakyat Amerika," kata Amin dikutip dari Business Insider, Rabu (13/11/2024). Dia menambahkan bahwa perusahaan telah dikenakan tarif 25% sejak 2019 karena kebijakan dari masa jabatan pertama Trump.
"Kami menarik semua tuas yang tersedia bagi kami untuk meminimalkan dampak terhadap perusahaan dan komunitas kami."
Juru bicara transisi Trump-Vance, Karoline Leavitt mengatakan, pada masa jabatan pertamanya, Presiden Trump memberlakukan tarif terhadap China yang menciptakan lapangan kerja, memacu investasi, dan tidak menghasilkan inflasi. Ia menambahkan bahwa Trump akan bekerja dengan cepat untuk menurunkan pajak dan menciptakan lebih banyak pekerjaan di Amerika.
tulis komentar anda