Biar Cepat Terserap, Pemerintah Realokasikan Dana PEN ke Program Lain
Jum'at, 04 September 2020 - 09:35 WIB
Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Erick Thohir mengutarakan, pihaknya telah merumuskan beberapa program baru yang ditargetkan akan direalisasikan dalam waktu dekat ini. Program itu bertujuan untuk menyerap anggaran PEN yang bernilai ratusan triliun tersebut. (Baca juga: Pentagon: China Lirik Indonesia untuk Jadi Pangkalan Militernya)
“Kami dari komite berusaha mengeluarkan program tambahan yang Alhamdulillah, program ini untuk mempercepat penyerapan (anggaran PEN),” ujar Erick dalam konferensi pers secara virtual, Jakarta, Rabu (2/9).
Meski begitu, Erick belum mau membocorkan rencana sejumlah program yang tengah dibahas bersama Ketua KPCPEN Airlangga Hartarto. Dalam perumusan sejumlah program PEN itu pun komite melibatkan sejumlah stakeholder seperti Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), serta pihak terkait. Pihak-pihak tersebut pun memberikan masukan yang berharga bagi penanganan dampak pandemi di sejumlah sektor bisnis.
Sementara itu Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani mengatakan, akan terus memberikan masukan secara berkala khususnya kepada Ketua Satgas PEN, agar implementasi program-program yang ada di PEN berjalan lebih cepat. “Sehingga implementasi dari program yang sudah dicanangkan ini bisa dilaksanakan dengan cepat, tepat, transparan terbuka dan roll outnya bisa dirasakan seluruh masyarakat,” ujarnya. (Lihat videonya: Kapal Induk dan Kapal Perang Asing Bernama Nuansa Nusantara)
Sebelumnya, sejumlah pihak mendesak pemerintah agar mempercepat belanja pemerintah, termasuk di antaranya anggaran PEN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga terhindar dari jurang resesi ekonomi.
Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani mengatakan yang harus dibenahi pemerintah dalam jangka waktu dekat adalah cara belanja. Kendalanya adalah cara yang digunakan masih business as usual, sedangkan kondisi saat ini tidak lagi seperti biasanya.
Karena itu dibutuhkan reformasi dalam mekanisme belanja pemerintah dalam jangka pendek. “Karena yang dikhawatirkan kita akan masuk resesi di kuartal tiga, tapi sampai kuartal empat masih belum bisa belanja juga,” ujar Aviliani dalam webinar Forum Diskusi Finansial, Selasa (1/9). (Suparjo Ramlan)
“Kami dari komite berusaha mengeluarkan program tambahan yang Alhamdulillah, program ini untuk mempercepat penyerapan (anggaran PEN),” ujar Erick dalam konferensi pers secara virtual, Jakarta, Rabu (2/9).
Meski begitu, Erick belum mau membocorkan rencana sejumlah program yang tengah dibahas bersama Ketua KPCPEN Airlangga Hartarto. Dalam perumusan sejumlah program PEN itu pun komite melibatkan sejumlah stakeholder seperti Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), serta pihak terkait. Pihak-pihak tersebut pun memberikan masukan yang berharga bagi penanganan dampak pandemi di sejumlah sektor bisnis.
Sementara itu Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani mengatakan, akan terus memberikan masukan secara berkala khususnya kepada Ketua Satgas PEN, agar implementasi program-program yang ada di PEN berjalan lebih cepat. “Sehingga implementasi dari program yang sudah dicanangkan ini bisa dilaksanakan dengan cepat, tepat, transparan terbuka dan roll outnya bisa dirasakan seluruh masyarakat,” ujarnya. (Lihat videonya: Kapal Induk dan Kapal Perang Asing Bernama Nuansa Nusantara)
Sebelumnya, sejumlah pihak mendesak pemerintah agar mempercepat belanja pemerintah, termasuk di antaranya anggaran PEN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga terhindar dari jurang resesi ekonomi.
Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani mengatakan yang harus dibenahi pemerintah dalam jangka waktu dekat adalah cara belanja. Kendalanya adalah cara yang digunakan masih business as usual, sedangkan kondisi saat ini tidak lagi seperti biasanya.
Karena itu dibutuhkan reformasi dalam mekanisme belanja pemerintah dalam jangka pendek. “Karena yang dikhawatirkan kita akan masuk resesi di kuartal tiga, tapi sampai kuartal empat masih belum bisa belanja juga,” ujar Aviliani dalam webinar Forum Diskusi Finansial, Selasa (1/9). (Suparjo Ramlan)
(ysw)
tulis komentar anda