Startup Rawan Diserang Malware, BSSN Siap Berkolaborasi
Jum'at, 04 September 2020 - 15:21 WIB
JAKARTA - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) siap berkolaborasi dengan pelaku startup demi menjaga keamanan ekonomi digital. Di tengah masa pandemi ini aktivitas siber semakin krusial sehingga potensi masalah juga bertambah.
Direktur Deteksi Ancaman BSSN Sulistyo mengatakan, saat ini BSSN belum bisa mewajibkan standar keamanan digital pada level startup hingga korporasi besar. Ini karena dasar pembentukan BSSN masih lemah atau hanya dari Perpres. Karena itu sinergi dengan semua pihak sangat dibutuhkan. Selain pada server pelaku startup tapi juga ada kelemahan pada pelanggannya.
(Baca Juga: Sandiaga Uno: Usaha di Indonesia dalam Survival Mode )
"Kami memiliki direktorat proteksi digital untuk mengedukasi startup. Karena posisi kami masih lemah sehingga belum bisa mewajibkan standar protokol keamanan digital. Jadi yang bisa dilakukan adalah kolaborasi," ujar Sulistyo di Jakarta.
Dia menjelaskan, ada banyak malware yang menyerang startup seperti Lazarus dan beberapa lainnya. Seluruh jenis Malware terus diteliti pihaknya. Setidaknya BSSN telah mengumpulkan lebih dari 5.600 sampel malware melalui program Indonesia HoneyNet Project (IHP). Malware tersebut kemudian dipelajari dan dianalisis lebih lanjut untuk berbagi informasi dengan multi stakeholder di Tanah Air.
"Sekarang makin banyak pihak yang kerjasama dengan kami terkait HoneyNet ini. Karena di situ ada berbagai varian virus. Ada virus yang benar-benar baru dan ada virus lama yang merupakan modifikasi," katanya.
Sejauh ini terdapat tiga fokus sharing informasi yang dilakukan BSSN yaitu sektor pemerintah, sektor UKM, dan sektor infrastruktur kritis. HoneyNet yang beroperasi melalui pemasangan HoneyPot di ribuan titik telah memetakan karakteristik dan jenis serangan siber ke Indonesia yang kebanyakan melalui penyebaran Malware.
(Baca Juga: Mencari Kebutuhan Lewat Online Kian Masif )
"Kami sudah punya sampel unik, kami sudah tahu TTP malware-nya seperti apa, kemudian bagaimana komunikasi dengan server induknya, penyebaran malware-nya kemana. Informasi ini kami kirim sebagai peringatan bersama," ujarnya.
Direktur Deteksi Ancaman BSSN Sulistyo mengatakan, saat ini BSSN belum bisa mewajibkan standar keamanan digital pada level startup hingga korporasi besar. Ini karena dasar pembentukan BSSN masih lemah atau hanya dari Perpres. Karena itu sinergi dengan semua pihak sangat dibutuhkan. Selain pada server pelaku startup tapi juga ada kelemahan pada pelanggannya.
(Baca Juga: Sandiaga Uno: Usaha di Indonesia dalam Survival Mode )
"Kami memiliki direktorat proteksi digital untuk mengedukasi startup. Karena posisi kami masih lemah sehingga belum bisa mewajibkan standar protokol keamanan digital. Jadi yang bisa dilakukan adalah kolaborasi," ujar Sulistyo di Jakarta.
Dia menjelaskan, ada banyak malware yang menyerang startup seperti Lazarus dan beberapa lainnya. Seluruh jenis Malware terus diteliti pihaknya. Setidaknya BSSN telah mengumpulkan lebih dari 5.600 sampel malware melalui program Indonesia HoneyNet Project (IHP). Malware tersebut kemudian dipelajari dan dianalisis lebih lanjut untuk berbagi informasi dengan multi stakeholder di Tanah Air.
"Sekarang makin banyak pihak yang kerjasama dengan kami terkait HoneyNet ini. Karena di situ ada berbagai varian virus. Ada virus yang benar-benar baru dan ada virus lama yang merupakan modifikasi," katanya.
Sejauh ini terdapat tiga fokus sharing informasi yang dilakukan BSSN yaitu sektor pemerintah, sektor UKM, dan sektor infrastruktur kritis. HoneyNet yang beroperasi melalui pemasangan HoneyPot di ribuan titik telah memetakan karakteristik dan jenis serangan siber ke Indonesia yang kebanyakan melalui penyebaran Malware.
(Baca Juga: Mencari Kebutuhan Lewat Online Kian Masif )
"Kami sudah punya sampel unik, kami sudah tahu TTP malware-nya seperti apa, kemudian bagaimana komunikasi dengan server induknya, penyebaran malware-nya kemana. Informasi ini kami kirim sebagai peringatan bersama," ujarnya.
tulis komentar anda