Rekor Tertinggi, Defisit Anggaran AS Mencapai Rp44.700 Triliun
Senin, 14 September 2020 - 05:32 WIB
WASHINGTON - Defisit anggaran Amerika Serikat (AS) mencapai rekor tertinggi usai tembus melebihi USD3 triliun atau setara Rp44.700 triliun (kurs Rp14.900). Hal ini didorong oleh pengeluaran besar-besaran yang dilakukan pemerintah AS untuk memberikan bantuan dalam penanganan pandemi Covid-19 .
Dilansir BBC, pemerintah AS menghabiskan lebih dari USD6 triliun dalam 11 bulan terakhir dalam tahun anggaran ini. Termasuk alokasi belanja sebesar USD2 triliun untuk penanganan pandemi.
(Baca Juga: Rhenald Kasali Prediksi Resesi AS Bisa Memicu Great Depression, Efeknya Mengerikan )
Angka tersebut melebihi pendapatan negara dari pajak yang hanya mencapai USD3 triliun. Shortfall atau kekurangan penerimaan perpajakan tersebut lebih besar dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2009. Dimana pada saat itu Washington bergulat dengan dampak krisis keuangan karena kredit perumahan, atau yang dikenal sebagai supreme mortgage pada 2008, silam.
Bahkan sebelum pandemi, AS telah kesulitan mengendalikan defisit anggaran yang diproyeksi mencapai lebih dari USD1 triliun. Namun lonjakan belanja pemerintah telah disepakati antara pemerintah dengan Kantor Anggaran Kongres untuk meredam dampak pandemi virus corona terhadap pasar keuangan.
Kantor Anggaran Kongres bulan ini memperkirakan bahwa AS kemungkinan akan mengalami defisit dalam satu tahun penuh yakni sebesar USD3,3 triliun. Angka tersebut lebih besar tiga kali lipat jika dibandingkan dengan shortfall pendapatan pajak tahun lalu.
(Baca Juga: AS Terjangkit Resesi, Apakah Berlanjut ke Fase Great Depression Seperti 1929? )
Untuk diketahui tahun anggaran pemerintah AS bakal berakhir pada bulan September. Selain itu diramalkan juga bahwa total utang Negeri Paman Sam bakal melebihi USD26 triliun.
Unsustainable
Pada Juni lalu dalam sidang di Washington, Gubernur The Federal Reserve, Bank Sentral Amerika Serikat Jerome Powell sempat mengatakan anggaran belanja pemerintah tidak berkelanjutan (Unsustainable). Tapi Ia mengatakan, menekan angka shortfall tidak seharusnya menjadi prioritas jika melihat kondisi perekonomian negara saat ini.
Ekonomi AS menyusut lebih dari 30% (year on year/yoy) dalam periode April-Juni, untuk menjadi kontraksi kuartalan terburuk dalam sejarah AS. Data menunjukkan pemutusan hubungan kerja dan penutupan bisnis terus berlanjut.
Sekitar 30 juta orang atau setara 20% dari angkatan kerja Amerika telah mengajukan tunjangan pengangguran meski kegiatan perekonomian mulai dibuka. Hal ini berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis minggu ini.
Dilansir BBC, pemerintah AS menghabiskan lebih dari USD6 triliun dalam 11 bulan terakhir dalam tahun anggaran ini. Termasuk alokasi belanja sebesar USD2 triliun untuk penanganan pandemi.
(Baca Juga: Rhenald Kasali Prediksi Resesi AS Bisa Memicu Great Depression, Efeknya Mengerikan )
Angka tersebut melebihi pendapatan negara dari pajak yang hanya mencapai USD3 triliun. Shortfall atau kekurangan penerimaan perpajakan tersebut lebih besar dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2009. Dimana pada saat itu Washington bergulat dengan dampak krisis keuangan karena kredit perumahan, atau yang dikenal sebagai supreme mortgage pada 2008, silam.
Bahkan sebelum pandemi, AS telah kesulitan mengendalikan defisit anggaran yang diproyeksi mencapai lebih dari USD1 triliun. Namun lonjakan belanja pemerintah telah disepakati antara pemerintah dengan Kantor Anggaran Kongres untuk meredam dampak pandemi virus corona terhadap pasar keuangan.
Kantor Anggaran Kongres bulan ini memperkirakan bahwa AS kemungkinan akan mengalami defisit dalam satu tahun penuh yakni sebesar USD3,3 triliun. Angka tersebut lebih besar tiga kali lipat jika dibandingkan dengan shortfall pendapatan pajak tahun lalu.
(Baca Juga: AS Terjangkit Resesi, Apakah Berlanjut ke Fase Great Depression Seperti 1929? )
Untuk diketahui tahun anggaran pemerintah AS bakal berakhir pada bulan September. Selain itu diramalkan juga bahwa total utang Negeri Paman Sam bakal melebihi USD26 triliun.
Unsustainable
Pada Juni lalu dalam sidang di Washington, Gubernur The Federal Reserve, Bank Sentral Amerika Serikat Jerome Powell sempat mengatakan anggaran belanja pemerintah tidak berkelanjutan (Unsustainable). Tapi Ia mengatakan, menekan angka shortfall tidak seharusnya menjadi prioritas jika melihat kondisi perekonomian negara saat ini.
Ekonomi AS menyusut lebih dari 30% (year on year/yoy) dalam periode April-Juni, untuk menjadi kontraksi kuartalan terburuk dalam sejarah AS. Data menunjukkan pemutusan hubungan kerja dan penutupan bisnis terus berlanjut.
Sekitar 30 juta orang atau setara 20% dari angkatan kerja Amerika telah mengajukan tunjangan pengangguran meski kegiatan perekonomian mulai dibuka. Hal ini berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis minggu ini.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda