Kemenperin Dorong Industri Kosmetik Bersolek dengan Kemasan Ramah Lingkungan
Senin, 14 September 2020 - 16:21 WIB
JAKARTA - Kementerian Perindustrian mendorong industri kecil menengah (IKM) di bidang kosmetik dan produk herbal untuk meningkatkan kualitas desain kemasan. Tujuannya, agar IKM kosmetik dan produk herbal dapat bersaing di pasar.
“Tren kemasan untuk produk kosmetik dan produk herbal saat ini mulai berkembang menjadi ramah lingkungan , seperti menggabungkan tutup kemasan natural atau tidak berwarna (non-logam), tutup kemasan dari bambu, serta plastik daur ulang berkualitas tinggi,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Senin (14/9/2020).
Gati menyampaikan, saat ini fungsi utama dari kemasan tidak hanya untuk menjaga produk, namun juga kemasan dapat menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran. Untuk itu, Ditjen IKMA Kemenperin telah menyelenggarakan webinar tentang tren kemasan untuk IKM kosmetik dan produk herbal, beberapa waktu lalu. ( Baca juga:Menteri Bambang Ungkap Jurus agar Bonus Demografi Tak Jadi Beban )
Gati menambahkan, industri pengemasan saat ini tidak bisa dipisahkan dari dunia industri secara umum. Seiring dengan meningkatnya industrialisasi yang telah melangkah ke era industri 4.0, tentunya industri pengemasan bergeliat lebih cepat lagi.
Berdasarkan data dari Indonesia Packaging Federation (2020), kinerja industri kemasan di Indonesia diproyeksi tumbuh dengan kisaran 6% pada tahun 2020 dibanding nilai realisasi tahun lalu sebesar Rp98,8 triliun. Ditinjau dari materialnya, kemasan yang beredar sebesar 44% dalam bentuk kemasan fleksibel, 28% kemasan paperboard, dan 14% kemasan rigid plastic. ( Baca juga:Tidak Lolos Emisi, Suzuki Jimny di Eropa Jadi Mobil Niaga )
“Proporsi ini diyakini akan meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya, didorong oleh pesatnya peningkatan pasar digital yang membuat mobilitas produk semakin tinggi,” sebut Gati.
Karakteristik ketiga kemasan tersebut, dari sisi ekonomi dan daya tahan membuatnya menjadi pilihan yang lebih baik.
“Tren kemasan untuk produk kosmetik dan produk herbal saat ini mulai berkembang menjadi ramah lingkungan , seperti menggabungkan tutup kemasan natural atau tidak berwarna (non-logam), tutup kemasan dari bambu, serta plastik daur ulang berkualitas tinggi,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Senin (14/9/2020).
Gati menyampaikan, saat ini fungsi utama dari kemasan tidak hanya untuk menjaga produk, namun juga kemasan dapat menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran. Untuk itu, Ditjen IKMA Kemenperin telah menyelenggarakan webinar tentang tren kemasan untuk IKM kosmetik dan produk herbal, beberapa waktu lalu. ( Baca juga:Menteri Bambang Ungkap Jurus agar Bonus Demografi Tak Jadi Beban )
Gati menambahkan, industri pengemasan saat ini tidak bisa dipisahkan dari dunia industri secara umum. Seiring dengan meningkatnya industrialisasi yang telah melangkah ke era industri 4.0, tentunya industri pengemasan bergeliat lebih cepat lagi.
Berdasarkan data dari Indonesia Packaging Federation (2020), kinerja industri kemasan di Indonesia diproyeksi tumbuh dengan kisaran 6% pada tahun 2020 dibanding nilai realisasi tahun lalu sebesar Rp98,8 triliun. Ditinjau dari materialnya, kemasan yang beredar sebesar 44% dalam bentuk kemasan fleksibel, 28% kemasan paperboard, dan 14% kemasan rigid plastic. ( Baca juga:Tidak Lolos Emisi, Suzuki Jimny di Eropa Jadi Mobil Niaga )
“Proporsi ini diyakini akan meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya, didorong oleh pesatnya peningkatan pasar digital yang membuat mobilitas produk semakin tinggi,” sebut Gati.
Karakteristik ketiga kemasan tersebut, dari sisi ekonomi dan daya tahan membuatnya menjadi pilihan yang lebih baik.
(uka)
tulis komentar anda