Mantuls, Softex Sekarang Sudah Pakai Energi Listrik Matahari
Rabu, 16 September 2020 - 22:23 WIB
JAKARTA - Energi surya di Indonesia masih dapat dimaksimalkan potensinya. Seperti yang diketahui, energi surya memiliki potensi paling besar dibandingkan energi baru terbarukan (EBT) lainnya. Kapasitanya lebih dari 207,8 GW, tetapi yang terpasang per tahun 2018 masih 90 MWp.
Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Andhika Prastawa mengatakan, dalam tiga tahun terakhir sejak Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) dideklarasikan oleh Kementerian ESDM telah terjadi pertumbuhan yang cukup signifikan dalam pemanfaatan listrik surya. Pada tahun 2017 ketika GNSSA dibentuk, kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap yang terdaftar pada PLN baru sekitar 600 kW. Tahun ini, kapasitasnya telah naik menjadi 7.500 kW.
"Masih ada peluang untuk ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kolaborasi yang lebih intensif dari berbagai pihak, seperti pemerintah, PT PLN, investor, dan pelaku bisnis seperti yang dilakukan oleh Softex Indonesia. Tujuannya, agar tingkat pemanfaatan teknologi listrik surya dapat tumbuh seiring dengan ketetapan capaian bauran energi terbarukan dalam Kebijakan Energi Nasional, yaitu 23% pada 2025," ujarnya pada diskusi webinar, Rabu (16/9/2020). ( Baca juga:Edhy Prabowo Dikabarkan Kritis, Stafsus: Kondisinya Baik-Baik Saja )
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Harris Yahya mengungkapkan, pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk mendorong investasi EBT, termasuk dalam lini energi surya. Caranya, menciptakan pasar, perbaikan tata kelola pengembangan EBT, pengadaan PLT EBT berskala masif dan memberikan insentif, serta kemudahan investasi. Pemerintah juga melakukan perbaikan regulasi agar penetrasi pemanfaatan listrik surya menjadi lebih tinggi dan dapat menjangkau 70 juta pelanggan listrik nasional.
"Kami berharap makin banyak pelaku bisnis yang menggunakan PLTS atap untuk penyediaan listrik. Salah satu contoh real ada Softex Indonesia karena menggunakan PLTS atap adalah langkah yang baik bagi bisnis dan lingkungan," ungkapnya. ( Baca juga:Rusia Jual 100 Juta Dosis Vaksin Covid-19 ke India )
Sementara itu, PT Xurya Daya Indonesia (Xurya) sebagai startup energi terbarukan yang mempelopori metode Rp0,- dalam pembiayaan PLTS Atap berhasil menambah daftar perusahaan yang menggunakan PLTS Atap. Beberapa perusahaan tersebut di antaranya PT Softex Indonesia, PT Evi Asia Tenggara (CoHive coworking space), Griya Idola Industrial Park (Barito Pacific Group), Grand Splash Waterpark, Global Sevilla School, PT IndahTex Utama dan PT Hakiki Donarta.
Managing Director Xurya Eka Himawan mengatakan, tahun ini kapasitas terpasang PLTS Atap oleh Xurya mengalami kenaikan hingga sembilan kali lipat. Menurut dia, sebagai pelaku di sektor EBT, pihaknya sangat terbantu dengan usaha pemerintah dalam membuat sektor ini semakin menarik.
"Karena kami tahu bahwa untuk mencapai target bauran energi bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga melibatkan semua pihak. Kami akan terus mengajak lebih banyak lagi para pelaku bisnis dan industri untuk mulai mengadopsi PLTS Atap, untuk masa depan Indonesia yang lebih bersih," tuturnya.
Lihat Juga: Gotong Royong Bangun Jargas, Solusi Kurangi Beban Subsidi Energi lewat Optimalisasi Gas Domestik
Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Andhika Prastawa mengatakan, dalam tiga tahun terakhir sejak Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) dideklarasikan oleh Kementerian ESDM telah terjadi pertumbuhan yang cukup signifikan dalam pemanfaatan listrik surya. Pada tahun 2017 ketika GNSSA dibentuk, kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap yang terdaftar pada PLN baru sekitar 600 kW. Tahun ini, kapasitasnya telah naik menjadi 7.500 kW.
"Masih ada peluang untuk ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kolaborasi yang lebih intensif dari berbagai pihak, seperti pemerintah, PT PLN, investor, dan pelaku bisnis seperti yang dilakukan oleh Softex Indonesia. Tujuannya, agar tingkat pemanfaatan teknologi listrik surya dapat tumbuh seiring dengan ketetapan capaian bauran energi terbarukan dalam Kebijakan Energi Nasional, yaitu 23% pada 2025," ujarnya pada diskusi webinar, Rabu (16/9/2020). ( Baca juga:Edhy Prabowo Dikabarkan Kritis, Stafsus: Kondisinya Baik-Baik Saja )
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Harris Yahya mengungkapkan, pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk mendorong investasi EBT, termasuk dalam lini energi surya. Caranya, menciptakan pasar, perbaikan tata kelola pengembangan EBT, pengadaan PLT EBT berskala masif dan memberikan insentif, serta kemudahan investasi. Pemerintah juga melakukan perbaikan regulasi agar penetrasi pemanfaatan listrik surya menjadi lebih tinggi dan dapat menjangkau 70 juta pelanggan listrik nasional.
"Kami berharap makin banyak pelaku bisnis yang menggunakan PLTS atap untuk penyediaan listrik. Salah satu contoh real ada Softex Indonesia karena menggunakan PLTS atap adalah langkah yang baik bagi bisnis dan lingkungan," ungkapnya. ( Baca juga:Rusia Jual 100 Juta Dosis Vaksin Covid-19 ke India )
Sementara itu, PT Xurya Daya Indonesia (Xurya) sebagai startup energi terbarukan yang mempelopori metode Rp0,- dalam pembiayaan PLTS Atap berhasil menambah daftar perusahaan yang menggunakan PLTS Atap. Beberapa perusahaan tersebut di antaranya PT Softex Indonesia, PT Evi Asia Tenggara (CoHive coworking space), Griya Idola Industrial Park (Barito Pacific Group), Grand Splash Waterpark, Global Sevilla School, PT IndahTex Utama dan PT Hakiki Donarta.
Managing Director Xurya Eka Himawan mengatakan, tahun ini kapasitas terpasang PLTS Atap oleh Xurya mengalami kenaikan hingga sembilan kali lipat. Menurut dia, sebagai pelaku di sektor EBT, pihaknya sangat terbantu dengan usaha pemerintah dalam membuat sektor ini semakin menarik.
"Karena kami tahu bahwa untuk mencapai target bauran energi bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga melibatkan semua pihak. Kami akan terus mengajak lebih banyak lagi para pelaku bisnis dan industri untuk mulai mengadopsi PLTS Atap, untuk masa depan Indonesia yang lebih bersih," tuturnya.
Lihat Juga: Gotong Royong Bangun Jargas, Solusi Kurangi Beban Subsidi Energi lewat Optimalisasi Gas Domestik
(uka)
tulis komentar anda