Perekonomian di Pantura Jawa Kian Moncer
Rabu, 23 September 2020 - 09:05 WIB
Heri melanjutkan, investor cenderung memilih kawasan industri yang dekat dengan pasar dan sumber bahan baku. Menurut dia, pemerintah harus mau memprioritaskan pembangunan kawasan industri di luar Pulau Jawa yang dekat dengan sumber bahan baku dibandingkan Pulau Jawa yang sudah cukup padat.
“Alangkah baiknya pemerintah membangun kawasan industri di luar Pulau Jawa yang dekat dengan bahan baku dan strategis dalam jalur perdagangan internasional,” tuturnya.
Heri menuturkan, masih tingginya biaya logistik juga menjadi keluhan para investor. Untuk itu, dibutuhkan dukungan pemerintah dalam membangun infrastruktur agar distribusi rantai pasok lebih efisien.
“Dengan begitu, maka daya saing akan meningkat. Tentu keuntungan lainnya semakin banyak nilai tambah, kemudian tenaga kerja makin terserap banyak, dan investor makin banyak yang datang,” jelasnya. rina anggraeni/oktiani endarwatiDefisit APBN 2020 Tembus Rp500 Triliun. (Baca juga: Suarez Murka karena Merasa Dibohongi Barcelona)
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, defisit Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) sudah mencapai Rp500,5 triliun atau 48,2% dari patokan dalam APBN 2020 senilai Rp1.039,2 triliun. Realisasi defisit anggaran itu setara dengan 3,05% produk domestik bruto (PDB).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, defisit ini disumbang dari pendapatan negara mencapai Rp1.034,1 triliun yang mengalami pertumbuhan negatif 13,1% dibandingkan realisasi tahun lalu sampai Agustus 2019. Sedangkan untuk belanja negara tercatat lebih besar hingga Rp1.534,7 triliun.
“Posisi Agustus defisit sudah Rp500,5 triliun atau 3,05% (PDB),” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers secara virtual, kemarin.
Dia memerinci, realisasi penerimaan pajak hingga akhir Agustus 2020 tercatat senilai Rp676,9 triliun atau 56,5% terhadap target APBN 2020 yang sudah diubah sesuai Perpres No. 72/2020 senilai Rp1.198,8 triliun.
Sementara realisasi penerimaan bea dan cukai hingga 31 Agustus 2020 tercatat senilai Rp121,2 triliun atau 58,9% dari target Rp205,7 triliun. Realisasi ini mencatatkan pertumbuhan 1,8% dibandingkan dengan realisasi periode sama tahun lalu sebesar Rp119,0 triliun. (Lihat videonya: Merasa Jenuh, Pasien Covid-29 di Kalteng Jebol Ruang Isolasi)
“Realisasi penerimaan perpajakan hingga Agustus 2020 tercatat senilai Rp798,1 triliun atau 56,8% dari target Rp1.404,5 triliun. Performa ini mencatatkan kontraksi 13,4% dibandingkan realisasi akhir Agustus 2019 senilai Rp921,5 triliun,” katanya. (Rina Anggraeni)
“Alangkah baiknya pemerintah membangun kawasan industri di luar Pulau Jawa yang dekat dengan bahan baku dan strategis dalam jalur perdagangan internasional,” tuturnya.
Heri menuturkan, masih tingginya biaya logistik juga menjadi keluhan para investor. Untuk itu, dibutuhkan dukungan pemerintah dalam membangun infrastruktur agar distribusi rantai pasok lebih efisien.
“Dengan begitu, maka daya saing akan meningkat. Tentu keuntungan lainnya semakin banyak nilai tambah, kemudian tenaga kerja makin terserap banyak, dan investor makin banyak yang datang,” jelasnya. rina anggraeni/oktiani endarwatiDefisit APBN 2020 Tembus Rp500 Triliun. (Baca juga: Suarez Murka karena Merasa Dibohongi Barcelona)
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, defisit Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) sudah mencapai Rp500,5 triliun atau 48,2% dari patokan dalam APBN 2020 senilai Rp1.039,2 triliun. Realisasi defisit anggaran itu setara dengan 3,05% produk domestik bruto (PDB).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, defisit ini disumbang dari pendapatan negara mencapai Rp1.034,1 triliun yang mengalami pertumbuhan negatif 13,1% dibandingkan realisasi tahun lalu sampai Agustus 2019. Sedangkan untuk belanja negara tercatat lebih besar hingga Rp1.534,7 triliun.
“Posisi Agustus defisit sudah Rp500,5 triliun atau 3,05% (PDB),” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers secara virtual, kemarin.
Dia memerinci, realisasi penerimaan pajak hingga akhir Agustus 2020 tercatat senilai Rp676,9 triliun atau 56,5% terhadap target APBN 2020 yang sudah diubah sesuai Perpres No. 72/2020 senilai Rp1.198,8 triliun.
Sementara realisasi penerimaan bea dan cukai hingga 31 Agustus 2020 tercatat senilai Rp121,2 triliun atau 58,9% dari target Rp205,7 triliun. Realisasi ini mencatatkan pertumbuhan 1,8% dibandingkan dengan realisasi periode sama tahun lalu sebesar Rp119,0 triliun. (Lihat videonya: Merasa Jenuh, Pasien Covid-29 di Kalteng Jebol Ruang Isolasi)
“Realisasi penerimaan perpajakan hingga Agustus 2020 tercatat senilai Rp798,1 triliun atau 56,8% dari target Rp1.404,5 triliun. Performa ini mencatatkan kontraksi 13,4% dibandingkan realisasi akhir Agustus 2019 senilai Rp921,5 triliun,” katanya. (Rina Anggraeni)
Lihat Juga :
tulis komentar anda