Terungkap! DKI Jakarta & Jatim Punya Risiko Gagal Bayar Utang Paling Besar
Senin, 28 September 2020 - 09:39 WIB
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan kredit mengalami pelemahan di wilayah dengan tingkat penyebaran Covid-19 paling tinggi disamping juga memiliki risiko gagal bayar utang paling besar. Ketua OJK Wimboh Santoso mengatakan DKI Jakarta menjadi wilayah yang paling terkontraksi pertumbuhan kredit. Disusul Jawa Timur. Hal ini dikarenakan tingginya kasus Covid-19 di daerah tersebut.
Sebagai informasi, DKI Jakarta memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan kredit nasional dengan porsi 49,36%. Pertumbuhan kredit di DKI Jakarta yang disalurkan Bank Pembangunan Daerah per Juli 2020 mencapai 0,57% atau senilai Rp2,732 triliun. "DKI Jakarta pertumbuhan kreditnya minus 0,4% dan Jawa Timur minus 2,85%. Pertumbuhan kredit nasional tidak optimal karena dua wilayah ini mengalami penurunan kredit," ujar Wimboh seperti diunggah di Youtube, Senin (27/9/2020).
Dia menambahkan pelemahan kredit di DKI Jakarta juga diikuti degan peningkatan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Adapun, kenaikan NPL di DKI Jakarta terpantau terjadi pada jenis kredit modal kerja, investasi, maupun untuk konsumsi. "Peningkatan NPL tersebut juga terjadi di wilayah dengan penyebaran Covid-19 yang tergolong high risk," tandasnya.
Sebagai informasi, DKI Jakarta memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan kredit nasional dengan porsi 49,36%. Pertumbuhan kredit di DKI Jakarta yang disalurkan Bank Pembangunan Daerah per Juli 2020 mencapai 0,57% atau senilai Rp2,732 triliun. "DKI Jakarta pertumbuhan kreditnya minus 0,4% dan Jawa Timur minus 2,85%. Pertumbuhan kredit nasional tidak optimal karena dua wilayah ini mengalami penurunan kredit," ujar Wimboh seperti diunggah di Youtube, Senin (27/9/2020).
Dia menambahkan pelemahan kredit di DKI Jakarta juga diikuti degan peningkatan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Adapun, kenaikan NPL di DKI Jakarta terpantau terjadi pada jenis kredit modal kerja, investasi, maupun untuk konsumsi. "Peningkatan NPL tersebut juga terjadi di wilayah dengan penyebaran Covid-19 yang tergolong high risk," tandasnya.
(nng)
tulis komentar anda