Dua Entitas Milik Taipan Prajogo Pangestu Bakal Dapat Dana Segar Rp16 Triliun
Minggu, 04 Oktober 2020 - 08:25 WIB
JAKARTA - Moody's Investor Service dan Fitch Ratings menyematkan rating investment grade, yakni Baa3 dan BBB, untuk senior secured bond yang akan diterbitkan oleh Star Energy Geothermal Drajat II Limited dan Star Energy Geothermal Salak, Ltd.
Moody's dan Fitch dalam keterangannya yang dikutip Minggu (4/10/2020) menyatakan bahwa outlook kedua rating untuk obligasi berwawasan lingkungan atau green bond yang dijalankan oleh dua entitas usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) berada di posisi stabil.
Rating investment grade ini menggambarkan kualitas dari surat Uutang yang dianggap baik dan minim risiko, yang dikeluarkan oleh perusahaan yang reliable. Green bond global senilai USD1,11 miliar (sekitar Rp16 triliun, kurs Rp14.500) tersebut rencananya akan diterbitkan dalam waktu dekat.
Star Energy akan menggunakan dana obligasi global untuk melunasi sejumlah utang. Sebagian lagi akan dialokasikan untuk belanja modal, modal kerja, dan kebutuhan lain yang terkait dengan operasional geothermal. ( Baca juga:Mau Genjot Pendapatan Pasca-Pandemi? Penuhi Kebutuhan SDM Digital )
Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, memandang pemberian rating dari Moody's dan Fitch merupakan berita positif bagi Star Energy, khususnya bagi BRPT yang merupakan induk usaha dari Start Energy.
"Karena pemberian rating ini di posisi stabil, mereka melihat adanya kecukupan arus kas yang dimiliki BRPT. Jadi akan memberikan dampak yang bagus pada penerbitan obligasi dari Star Energy," jelas Reza.
Pelaku pasar, bilang Reza, juga akan menyambut positif penerbitan obligasi tersebut. Hal itu terlihat dari alokasi dana yang akan digunakan oleh entitas BRPT tersebut. ( Baca juga:KSPI: Dua Juta Buruh Bakal Melakukan Mogok Nasional )
"Sudah terlihat dana alokasinya mau digunakan apa saja, maka akan terlihat dampaknya ke Star Energy, yang nantinya akan mempengaruhi kinerja BRPT, karena BRPT merupakan induk usaha," terangnya.
Dia menegaskan, secara garis besar pemberian obligasi ini akan menunjang operasional Star Energy dalam membangun energi terbarukan di Indonesia. "Apalagi dapat eksklusif gitu obligasinya, jadi selling point atau nilai jual, bagi pelaku pasar dan teman-teman analis," sebut Reza.
Saat ini, Star Energy memiliki kapasitas produksi listrik sebesar 875 MW yang terdiri dari kapasitas sebesar 227 MW dari PLTP Wayang Windu, kemudian 377 MW di Salak, dan sebesar 271 MW di Darajat.
Moody's dan Fitch dalam keterangannya yang dikutip Minggu (4/10/2020) menyatakan bahwa outlook kedua rating untuk obligasi berwawasan lingkungan atau green bond yang dijalankan oleh dua entitas usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) berada di posisi stabil.
Rating investment grade ini menggambarkan kualitas dari surat Uutang yang dianggap baik dan minim risiko, yang dikeluarkan oleh perusahaan yang reliable. Green bond global senilai USD1,11 miliar (sekitar Rp16 triliun, kurs Rp14.500) tersebut rencananya akan diterbitkan dalam waktu dekat.
Star Energy akan menggunakan dana obligasi global untuk melunasi sejumlah utang. Sebagian lagi akan dialokasikan untuk belanja modal, modal kerja, dan kebutuhan lain yang terkait dengan operasional geothermal. ( Baca juga:Mau Genjot Pendapatan Pasca-Pandemi? Penuhi Kebutuhan SDM Digital )
Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, memandang pemberian rating dari Moody's dan Fitch merupakan berita positif bagi Star Energy, khususnya bagi BRPT yang merupakan induk usaha dari Start Energy.
"Karena pemberian rating ini di posisi stabil, mereka melihat adanya kecukupan arus kas yang dimiliki BRPT. Jadi akan memberikan dampak yang bagus pada penerbitan obligasi dari Star Energy," jelas Reza.
Pelaku pasar, bilang Reza, juga akan menyambut positif penerbitan obligasi tersebut. Hal itu terlihat dari alokasi dana yang akan digunakan oleh entitas BRPT tersebut. ( Baca juga:KSPI: Dua Juta Buruh Bakal Melakukan Mogok Nasional )
"Sudah terlihat dana alokasinya mau digunakan apa saja, maka akan terlihat dampaknya ke Star Energy, yang nantinya akan mempengaruhi kinerja BRPT, karena BRPT merupakan induk usaha," terangnya.
Dia menegaskan, secara garis besar pemberian obligasi ini akan menunjang operasional Star Energy dalam membangun energi terbarukan di Indonesia. "Apalagi dapat eksklusif gitu obligasinya, jadi selling point atau nilai jual, bagi pelaku pasar dan teman-teman analis," sebut Reza.
Saat ini, Star Energy memiliki kapasitas produksi listrik sebesar 875 MW yang terdiri dari kapasitas sebesar 227 MW dari PLTP Wayang Windu, kemudian 377 MW di Salak, dan sebesar 271 MW di Darajat.
(uka)
tulis komentar anda