Sapi Wagyu, Penuhi Kebutuhan Daging Indonesia
Minggu, 18 Oktober 2020 - 15:42 WIB
Selain itu, daging Wagyu juga mengandung sekitar 30 persen lemak tak jenuh yang lebih tinggi dari daging sapi biasa. Tingginya konsentrasi lemak tak jenuh inilah yang membuat daging Wagyu sangat berbeda dari daging sapi lainnya berupa kualitas dan rasanya yang halus, lembut serta berair dengan titik leleh rendah ketika dimasak untuk rasa manis dan ekstra juicy yang unik.
Nasrullah mengungkapkan, kebutuhan daging di Indonesia saat ini masih sekitar 90% untuk memenuhi permintaan pasar basah, sedangkan untuk memenuhi daging sapi premium seperti Wagyu masih diimpor dari Amerika, Jepang dan Australia. Untuk itu, ia berharap masyarakat bisa membudidayakan sapi Wagyu ini.
"Wagyu ini memiliki bobot lahir yang relatif kecil kurang lebih 30 sampai 40 kg. Nah ini membuat sapi Wagyu tidak mengalami kesulitan dalam proses kelahiran, sehingga memudahkan masyarakat untuk membudidayakan sapi Wagyu," papar dia.
Saat ini, embrio sapi Wagyu sendiri sudah tersedia di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang. Embrio ini berasal dari betina sapi Wagyu hasil sapi tabung dan semen beku pure sapi Wagyu.
Kepala BET Cipelang, Oloan Parlindungan, mengatakan masyarakat dapat membeli embrio Wagyu ke BET Cipelang dengan cara mengajukan pembelian melalui Sicobety, atau bersurat ke BET Cipelang. Oloan menjelaskan, hingga Oktober 2020, BET Cipelang telah mendistribusikan pejantan sapi Wagyu ke BBIB Singosari sebanyak 5 ekor dan BIB Lembang sebanyak 4 ekor.
"Sapi pejantan yang didistribusikan ke B/BIB telah diproduksi semennya dan selanjutya semen digunakan untuk program inseminasi buatan (kawin suntik) di masyarakat," ucap Oloan.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) memastikan penyediaan daging kualitas premium ini akan terus berkelanjutan. Ia mengatakan, dalam upaya penyediaan daging premium, Ditjen PKH Kementan juga menggunakan semen Belgian Blue dan Galacian Blonde untuk diinseminasi ke masyarakat.
"Semuanya guna menghasilkan sapi kualitas premium baik bagi masyarakat maupun ekspor, karena target kami pertumbuhan volume ekspor peternakan pada tahun 2024 naik 300 persen menjadi 884.212 ton ke 100 negara," tutur Menteri SYL.
Nasrullah mengungkapkan, kebutuhan daging di Indonesia saat ini masih sekitar 90% untuk memenuhi permintaan pasar basah, sedangkan untuk memenuhi daging sapi premium seperti Wagyu masih diimpor dari Amerika, Jepang dan Australia. Untuk itu, ia berharap masyarakat bisa membudidayakan sapi Wagyu ini.
"Wagyu ini memiliki bobot lahir yang relatif kecil kurang lebih 30 sampai 40 kg. Nah ini membuat sapi Wagyu tidak mengalami kesulitan dalam proses kelahiran, sehingga memudahkan masyarakat untuk membudidayakan sapi Wagyu," papar dia.
Saat ini, embrio sapi Wagyu sendiri sudah tersedia di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang. Embrio ini berasal dari betina sapi Wagyu hasil sapi tabung dan semen beku pure sapi Wagyu.
Kepala BET Cipelang, Oloan Parlindungan, mengatakan masyarakat dapat membeli embrio Wagyu ke BET Cipelang dengan cara mengajukan pembelian melalui Sicobety, atau bersurat ke BET Cipelang. Oloan menjelaskan, hingga Oktober 2020, BET Cipelang telah mendistribusikan pejantan sapi Wagyu ke BBIB Singosari sebanyak 5 ekor dan BIB Lembang sebanyak 4 ekor.
"Sapi pejantan yang didistribusikan ke B/BIB telah diproduksi semennya dan selanjutya semen digunakan untuk program inseminasi buatan (kawin suntik) di masyarakat," ucap Oloan.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) memastikan penyediaan daging kualitas premium ini akan terus berkelanjutan. Ia mengatakan, dalam upaya penyediaan daging premium, Ditjen PKH Kementan juga menggunakan semen Belgian Blue dan Galacian Blonde untuk diinseminasi ke masyarakat.
"Semuanya guna menghasilkan sapi kualitas premium baik bagi masyarakat maupun ekspor, karena target kami pertumbuhan volume ekspor peternakan pada tahun 2024 naik 300 persen menjadi 884.212 ton ke 100 negara," tutur Menteri SYL.
(srf)
tulis komentar anda