Stimulus AS Jadi Pukulan Ganda Bagi USD, Peluang Kurs Rupiah Perkasa

Kamis, 22 Oktober 2020 - 09:29 WIB
Analisis dari Treasury MNC Bank menerangkan seandainya cair, stimulus fiskal AS ini akan memberikan pukulan ganda bagi USD dan jadi kesempatan rupiah untuk perkasa. Foto/SINDO Photo
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) punya kesempatan menguat di tengah tarik ulur stimulus yang disiapkan Negeri Paman Sam -julukan AS-. Analisis dari Treasury MNC Bank menerangkan seandainya cair, stimulus fiskal AS ini akan memberikan pukulan ganda bagi USD.

(Baca Juga: Sepanjang 2020, Aliran Modal Asing Keluar Rp166,82 Triliun )

Pertama, jumlah uang yang beredar akan meningkat, secara teori nilai tukar akan melemah. Kedua, stimulus tersebut membuat sentimen pasar membaik, perekonomian AS diharapkan bisa segera bangkit.



"Saat sentimen pelaku pasar membaik, USD sebagai safe haven menjadi tidak menarik. Perkiraan pergerakan USD/IDR hari ini Rp14.600 hingga Rp14.750 per USD," kutip analisis tersebut, Jakarta, Kamis (22/10/2020).

Sebelumnya pada perdagangan, Rabu (21/10) kemarin, berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level 14.654/USD, menguat 34 poin atau 0,23%. Kurs Jisdor mencapai 14.658, menguat 71 poin atau 0,48%. Sementara dollar index turun 0,39% ke posisi 92,701. Mayoritas mata uang utama menguat terhadap USD.

Pelemahan USD masih berasal dari sentimen stimulus perekonomian AS yang mendekati final. Stimulus ini menjadi bahan tarik ulur antara Partai Demokrat dan Gedung Putih. Namun masih ada kekhawatiran pasar bahwa kesepakatan tidak akan tercapai sebelum pemilihan presiden 3 November meski Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows mengatakan bahwa Ketua DPR Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin membuat "kemajuan bagus."

(Baca Juga: Utang Luar Negeri Membengkak, Awas Tekanan Hebat ke Nilai Tukar Rupiah )

Tantangan muncul dari faksi Partai Republik di Senat setelah NBC News memberitakan bahwa pimpinan Senat Mitch McConnell dalam kaukus pada Selasa mendorong rekannya di Partai Republik menolak pengesahan stimulus karena bisa memicu perpecahan antar Republikan jelang pemilihan.

Negosiasi stimulus menghadapi jalan buntu berbulan-bulan setelah berakhirnya masa berlaku Undang-Undang stimulus pertama pada Juli. Sejak itu, pertumbuhan lapangan kerja melambat tetap belanja konsumen membaik. Namun, beberapa indikator menunjukkan dampak stimulus pertama mulai pudar, dan perlu ada paket stimulus selanjutnya.

Faksi Partai Demokrat di DPR telah meloloskan dua draf UU tetapi dipatahkan di Senat yang dikuasai Partai Republik. Terakhir, Partai Demokrat menginginkan stimulus senilai USD2,2 triliun, sedangkan Gedung Putih mengusulkan USD 1,8 triliun.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More