Sepanjang 2020, Aliran Modal Asing Keluar Rp166,82 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat, sepanjang 2020 aliran modal asing yang telah keluar dari pasar keuangan domestik mencapai Rp166,82 triliun.
"Berdasarkan data setelmen selama 2020 (year-to-date/ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto sebesar Rp166,82 triliun," ujar Direktur Komunikasi BI Onny Widjarnako dalam keterangan tertulisnya, Jumat (16/10/2020).
(Baca Juga: Tahan Suku Bunga, BI Perlu Pertimbangkan Aliran Modal yang Masuk)
Sementara, dia melanjutkan, berdasarkan data transaksi 12-15 Oktober 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp4,77 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp4,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,097 triliun.
Untuk indikator stabilitas nilai rupiah disampaikan bahwa rupiah ditutup pada level Rp14.660 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (15/10/2020) dan dibuka pada level Rp14.650 per dolar AS pada Jumat pagi (16/10/2020).
"Sementara imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) 10 tahun pada Jumat ini tercatat turun dari 6,74% pada Kamis menjadi 6,72%," sambungnya.
Lebih lanjut, Onny menyampaikan bahwa inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III Oktober 2020, perkembangan harga pada bulan Oktober 2020 diperkirakan inflasi sebesar 0,04% (mtm).
"Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Oktober 2020 secara tahun kalender sebesar 0,93% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,41% (yoy)," katanya.
Penyumbang utama inflasi pada periode laporan berasal dari komoditas cabai merah sebesar 0,08% (mtm), bawang merah sebesar 0,02% (mtm), minyak goreng dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,05% (mtm), serta beras dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01% (mtm).
(Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Jadi Sentimen Positif, Rupiah Diramal Menguat)
Bank Indonesia, tegas dia, akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu. "Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," imbuhnya.
"Berdasarkan data setelmen selama 2020 (year-to-date/ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto sebesar Rp166,82 triliun," ujar Direktur Komunikasi BI Onny Widjarnako dalam keterangan tertulisnya, Jumat (16/10/2020).
(Baca Juga: Tahan Suku Bunga, BI Perlu Pertimbangkan Aliran Modal yang Masuk)
Sementara, dia melanjutkan, berdasarkan data transaksi 12-15 Oktober 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp4,77 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp4,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,097 triliun.
Untuk indikator stabilitas nilai rupiah disampaikan bahwa rupiah ditutup pada level Rp14.660 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (15/10/2020) dan dibuka pada level Rp14.650 per dolar AS pada Jumat pagi (16/10/2020).
"Sementara imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) 10 tahun pada Jumat ini tercatat turun dari 6,74% pada Kamis menjadi 6,72%," sambungnya.
Lebih lanjut, Onny menyampaikan bahwa inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III Oktober 2020, perkembangan harga pada bulan Oktober 2020 diperkirakan inflasi sebesar 0,04% (mtm).
"Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Oktober 2020 secara tahun kalender sebesar 0,93% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,41% (yoy)," katanya.
Penyumbang utama inflasi pada periode laporan berasal dari komoditas cabai merah sebesar 0,08% (mtm), bawang merah sebesar 0,02% (mtm), minyak goreng dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,05% (mtm), serta beras dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,01% (mtm).
(Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Jadi Sentimen Positif, Rupiah Diramal Menguat)
Bank Indonesia, tegas dia, akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu. "Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," imbuhnya.
(fai)