Rencana Merger PT INKA-PT KAI Perlu Kajian Mendalam
Rabu, 28 Oktober 2020 - 20:02 WIB
JAKARTA - Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagyo menilai perlu kajian yang mendalam menyusul adanya rencana Kementerian BUMN menggabungkan PT INKA ke dalam manajemen PT Kereta Api Indonesia (KAI/Persero) . Agus menilai merger perusahaan negara tanpa kajian mendalam akan memengaruhi kinerja secara keseluruhan.
"Saya sendiri sebenarnya tidak setuju. Sebab, dari sisi kinerja ada perbedaan yang signifikan. Kinerja PT KAI sekarang ini sedang kembang-kempis karena disuruh mengurus banyak hal yang bukan core business-nya. Misalnya mengurus LRT, kereta cepat dan lain-lain," ujarnya di Jakarta, Rabu (28/10/2020).
(Baca Juga: Jokowi Sudah Keluarkan Keppres, Erick Siap Tutup atau Merger BUMN Rugi)
Agus menilai langkah Kementerian BUMN dengan membentuk holding pertambangan, migas dan BUMN farmasi hanya sekadar meniru perusahaan Singapura Temasek dan Khazanah Malaysia yang tentu kondisi dan situasinya berbeda. Terkait rencana merger KAI dan INKA, dia pun melihat belum ada kajian dan studi mendalam.
Dia menyarankan pemerintah menunjuk lembaga independen yang layak untuk mengkaji penggabungan dua perusahaan negara tersebut dengan lebih mendalam.
"Tunjuk lembaga studi yang kapabel dan teruji sehingga bisa sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Di sisi lain, PT INKA dinilai sedang dalam kondisi stabil, harusnya kalau dua perusahaan disatukan idealnya dalam kondisi yang stabil dan tidak ada masalah," tandasnya.
(Baca Juga: Libur Panjang, Lonjakan Penumpang Kereta Api Bakal Terjadi di 3 Stasiun Ini)
Sementara itu, pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, PT INKA merupakan salah satu perusahaan milik negara yang mengalami perkembangan positif dari inovasi dan pengembangannya. "Ya kita lihat inovasi dan kreativitas di sana mulai menampakkan hasil karena tidak hanya diberi kepercayaan memproduksi gerbong kereta di dapam negeri namun juga di luar negeri," ujarnya singkat.
"Saya sendiri sebenarnya tidak setuju. Sebab, dari sisi kinerja ada perbedaan yang signifikan. Kinerja PT KAI sekarang ini sedang kembang-kempis karena disuruh mengurus banyak hal yang bukan core business-nya. Misalnya mengurus LRT, kereta cepat dan lain-lain," ujarnya di Jakarta, Rabu (28/10/2020).
(Baca Juga: Jokowi Sudah Keluarkan Keppres, Erick Siap Tutup atau Merger BUMN Rugi)
Agus menilai langkah Kementerian BUMN dengan membentuk holding pertambangan, migas dan BUMN farmasi hanya sekadar meniru perusahaan Singapura Temasek dan Khazanah Malaysia yang tentu kondisi dan situasinya berbeda. Terkait rencana merger KAI dan INKA, dia pun melihat belum ada kajian dan studi mendalam.
Dia menyarankan pemerintah menunjuk lembaga independen yang layak untuk mengkaji penggabungan dua perusahaan negara tersebut dengan lebih mendalam.
"Tunjuk lembaga studi yang kapabel dan teruji sehingga bisa sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Di sisi lain, PT INKA dinilai sedang dalam kondisi stabil, harusnya kalau dua perusahaan disatukan idealnya dalam kondisi yang stabil dan tidak ada masalah," tandasnya.
(Baca Juga: Libur Panjang, Lonjakan Penumpang Kereta Api Bakal Terjadi di 3 Stasiun Ini)
Sementara itu, pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, PT INKA merupakan salah satu perusahaan milik negara yang mengalami perkembangan positif dari inovasi dan pengembangannya. "Ya kita lihat inovasi dan kreativitas di sana mulai menampakkan hasil karena tidak hanya diberi kepercayaan memproduksi gerbong kereta di dapam negeri namun juga di luar negeri," ujarnya singkat.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda