Antara Covid-19 dan Perubahan Iklim, Mana yang Jadi Fokus Sri Mulyani?
Senin, 02 November 2020 - 11:21 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut pemerintah sedang menghadapi dua risiko yang sangat penting secara global. Hal itu dia sampaikan pada acara PLN Go Green hari ini.
Menurutnya, risiko yang sangat besar bagi global tidak hanya perekonomian tetapi juga bagi penduduk. Risiko pertama adalah pandemi Covid-19 dan yang kedua adalah perubahan iklim. ( Baca juga:Sri Mulyani Curhat, RI Lagi Gencar Bangun Pondasi Mendadak Diserang Corona )
"Keduanya bukan pengganti, atau bukan urutan prioritas, keduanya sama penting," ujar dia, Senin (2/11/2020).
Dia menjelaskan, terkait Covid-19, pemerintah telah menempuh berbagai kebijakan untuk merespons tantangan itu. Seperti dari bidang kesehatan hingga sosial, ekonomi, dan keuangan.
"Kami sedang memperbaiki atau meningkatkan perlindungan sosial kami, terutama bagi masyarakat miskin yang sangat rentan selama Covid-19 ini," ungkap dia.
Pihaknya juga meningkatkan dukungan untuk usaha kecil menengah, termasuk juga komunitas bisnis umum. Pasalnya mereka terkena dampak dari Covid-19. ( Baca juga:Terkait Gus Nur, Bareskrim Periksa Refly Harun Besok )
"Meski kami fokus menangani masalah risiko Covid-19, bukan berarti pemerintah menempatkan risiko paling penting kedua secara global, yaitu perubahan iklim pada urutan kedua. Kami akan terus berkomitmen pada kebijakan dan instrumen, yakni kami mengarahkan dan menangani masalah perubahan iklim," jelas dia.
Dalam konteks ini, tentunya pemerintah Indonesia juga berkomitmen penuh dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Iklim telah menjadi arus utama dalam kebijakan pemerintah, baik itu anggaran, perencanaan pembangunan, maupun yang diterjemahkan ke dalam kebijakan dan instrumen yang diadopsi.
"Jadi untuk Indonesia, komitmen kami terhadap perubahan iklim sudah dituangkan melalui Paris Agreement. Kontribusi yang ditentukan secara nasional, yaitu kami akan mengurangi CO2 sebesar 26% dengan sumber daya kami sendiri dan pengurangan hingga 42% dengan dukungan internasional masih terus dilaksanakan secara konsisten," tandas dia.
Menurutnya, risiko yang sangat besar bagi global tidak hanya perekonomian tetapi juga bagi penduduk. Risiko pertama adalah pandemi Covid-19 dan yang kedua adalah perubahan iklim. ( Baca juga:Sri Mulyani Curhat, RI Lagi Gencar Bangun Pondasi Mendadak Diserang Corona )
"Keduanya bukan pengganti, atau bukan urutan prioritas, keduanya sama penting," ujar dia, Senin (2/11/2020).
Dia menjelaskan, terkait Covid-19, pemerintah telah menempuh berbagai kebijakan untuk merespons tantangan itu. Seperti dari bidang kesehatan hingga sosial, ekonomi, dan keuangan.
"Kami sedang memperbaiki atau meningkatkan perlindungan sosial kami, terutama bagi masyarakat miskin yang sangat rentan selama Covid-19 ini," ungkap dia.
Pihaknya juga meningkatkan dukungan untuk usaha kecil menengah, termasuk juga komunitas bisnis umum. Pasalnya mereka terkena dampak dari Covid-19. ( Baca juga:Terkait Gus Nur, Bareskrim Periksa Refly Harun Besok )
"Meski kami fokus menangani masalah risiko Covid-19, bukan berarti pemerintah menempatkan risiko paling penting kedua secara global, yaitu perubahan iklim pada urutan kedua. Kami akan terus berkomitmen pada kebijakan dan instrumen, yakni kami mengarahkan dan menangani masalah perubahan iklim," jelas dia.
Dalam konteks ini, tentunya pemerintah Indonesia juga berkomitmen penuh dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Iklim telah menjadi arus utama dalam kebijakan pemerintah, baik itu anggaran, perencanaan pembangunan, maupun yang diterjemahkan ke dalam kebijakan dan instrumen yang diadopsi.
"Jadi untuk Indonesia, komitmen kami terhadap perubahan iklim sudah dituangkan melalui Paris Agreement. Kontribusi yang ditentukan secara nasional, yaitu kami akan mengurangi CO2 sebesar 26% dengan sumber daya kami sendiri dan pengurangan hingga 42% dengan dukungan internasional masih terus dilaksanakan secara konsisten," tandas dia.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda