Genjot Belanja Akhir Tahun
Selasa, 03 November 2020 - 06:05 WIB
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memacu jajarannya kejar-kejaran di kuartal keempat untuk memaksimalkan belanja dan mendorong konsumsi. Harapannya agar pertumbuhan ekonomi di kuartal akhir 2020 ini bisa terangkat.
Jokowi memilih realistis. Walaupun pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dibanding kuartal ketiga, angkanya akan tetap minus. Berapa prediksi angka pertumbuhannya? Mantan wali Kota Solo itu memperkirakan sekitar minus 3%.
Walaupun begitu, Jokowi mengaku lega karena ada tren membaik dan positif, yakni dari minus 5,32% menjadi sekitar minus 3%. Dia juga menyebut kondisi Indonesia saat ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain. (Baca: Syafaat dan Siapa yang Berhak Mendapatkannya)
Rencananya Badan Pusat Statistik (BPS) akan menyampaikan pengumuman resmi angka pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga ini dalam beberapa hari ke depan. “Sehingga kuartal keempat ini sangat penting sekali agar bisa memperbaiki lagi. Syukur bisa masuk ke positif di kuartal keempat sehingga belanja, spending harus menjadi kejar-kejaran kita semuanya,” katanya saat membuka sidang kabinet paripurna kemarin.
Presiden menekankan satu di antara hal yang perlu mendapat perhatian adalah rendahnya angka konsumsi rumah tangga. Dia menyebut konsumsi rumah tangga saat ini kurang lebih sebesar minus 4%. “Sehingga menjadi kewajiban kita semuanya untuk memperkuat demand sehingga konsumsi akan menjadi lebih baik,” tandasnya.
Dia menyerukan semua jajarannya ketika memasuki kuartal ketiga benar-benar bisa memaksimalkan kinerja, terutama berkaitan dengan realisasi belanja. “Kemudian yang kedua, saya ingin menyampaikan yang berkaitan dengan kuartal yang keempat. Ini adalah kuartal terakhir. Saya harapkan realisasi belanja kita betul-betul harus berada pada titik yang paling maksimal,” pungkasnya.
Peneliti bidang ekonomi The Indonesian Institute (TII) M Rifki Fadilah menilai sudah ada sinyal perbaikan kondisi ekonomi meskipun tidak terlalu signifikan. Hal itu terlihat dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat pada Oktober 2020 terjadi inflasi sebesar 0,07% berdasarkan survei Indeks Harga Konsumen (IHK).
“Artinya sudah ada potensi masyarakat sudah mulai bergerak, berbelanja lagi, sehingga menunjukkan ada daya beli meskipun tidak begitu tinggi,” tutur Rifki kemarin.
Jokowi memilih realistis. Walaupun pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dibanding kuartal ketiga, angkanya akan tetap minus. Berapa prediksi angka pertumbuhannya? Mantan wali Kota Solo itu memperkirakan sekitar minus 3%.
Walaupun begitu, Jokowi mengaku lega karena ada tren membaik dan positif, yakni dari minus 5,32% menjadi sekitar minus 3%. Dia juga menyebut kondisi Indonesia saat ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain. (Baca: Syafaat dan Siapa yang Berhak Mendapatkannya)
Rencananya Badan Pusat Statistik (BPS) akan menyampaikan pengumuman resmi angka pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga ini dalam beberapa hari ke depan. “Sehingga kuartal keempat ini sangat penting sekali agar bisa memperbaiki lagi. Syukur bisa masuk ke positif di kuartal keempat sehingga belanja, spending harus menjadi kejar-kejaran kita semuanya,” katanya saat membuka sidang kabinet paripurna kemarin.
Presiden menekankan satu di antara hal yang perlu mendapat perhatian adalah rendahnya angka konsumsi rumah tangga. Dia menyebut konsumsi rumah tangga saat ini kurang lebih sebesar minus 4%. “Sehingga menjadi kewajiban kita semuanya untuk memperkuat demand sehingga konsumsi akan menjadi lebih baik,” tandasnya.
Dia menyerukan semua jajarannya ketika memasuki kuartal ketiga benar-benar bisa memaksimalkan kinerja, terutama berkaitan dengan realisasi belanja. “Kemudian yang kedua, saya ingin menyampaikan yang berkaitan dengan kuartal yang keempat. Ini adalah kuartal terakhir. Saya harapkan realisasi belanja kita betul-betul harus berada pada titik yang paling maksimal,” pungkasnya.
Peneliti bidang ekonomi The Indonesian Institute (TII) M Rifki Fadilah menilai sudah ada sinyal perbaikan kondisi ekonomi meskipun tidak terlalu signifikan. Hal itu terlihat dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat pada Oktober 2020 terjadi inflasi sebesar 0,07% berdasarkan survei Indeks Harga Konsumen (IHK).
“Artinya sudah ada potensi masyarakat sudah mulai bergerak, berbelanja lagi, sehingga menunjukkan ada daya beli meskipun tidak begitu tinggi,” tutur Rifki kemarin.
tulis komentar anda