Bisnis Kilang Sempoyongan, Shell PHK Ratusan Karyawan
Rabu, 11 November 2020 - 08:45 WIB
SINGAPURA - Perusahaan minyak dan gas Royal Dutch Shell akan memangkas kapasitas pemrosesan minyak di salah satu kilang terbesarnya di kompleks manufaktur Pulau Bukom di Singapura. Hal itu memaksa Shell melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada 500 karyawan.
Bulan lalu, Shell memilih kompleks manufaktur Pulau Bukom sebagai salah satu dari enam pusat penyulingan dan kimia utama. Namun, kilang di sana harus dirombak di tengah kebijakan reorganisasi perusahaan, Shell akan memangkas kapasitas produksi di sana hingga 50 persen.
Melansir Bloomberg, Rabu (11/11/2020), juru bicara perusahaan mengatakan Shell secara bertahap akan membuat perubahan dalam konfigurasi kilang Pulau Bukom selama tiga tahun ke depan. Merampingkan kilang dengan kapasitas produksi 500.000 barel per hari itu akan memangkas karyawan dari 1.300 orang menjadi 800 hingga 2023.
"Industri penyulingan sekarang harus menangani jumlah kapasitas yang diperkirakan akan lebih rendah secara signifikan, langkah penyesuaian yang sebelumnya diperkirakan masih akan lama menjadi kejutan yang datang tiba-tiba,” ujar Direktur IHS Markit, Rob Smith.
Perusahaan yang bermarkas di Den Haag, Belanda itu mengatakan konsumsi minyak akan terus turun saat dunia beralih ke bauran energi yang lebih bersih. Dampak pandemi Covid-19 hanya mempercepat wacana pergeseran itu, di tengah kapasitas penyulingan yang jauh melampaui permintaan bahan bakar.
Banyak perusahaan energi Eropa memulai transformasi produksi menjadi lebih bersih dan lebih hijau, dengan lebih sedikit aset minyak pada pertengahan abad ini. Bagi Shell, perubahan itu akan mengakibatkan pemangkasan 9.000 pekerja hingga akhir 2022, dengan penghematan biaya hingga 2,5 miliar dolar AS.
IHS Markit memperkirakan, lebih dari 8 juta barel per hari kapasitas penyulingan akan selesai dalam dekade berikutnya, dengan sekitar 5 juta barel sudah dalam pembangunan atau kemungkinan akan dipercepat. Perusahaan minyak di seluruh dunia semakin merasakan tekanan dari penyulingan yang semakin besar dan canggih, seperti di China dan Timur Tengah.
Bulan lalu, Shell memilih kompleks manufaktur Pulau Bukom sebagai salah satu dari enam pusat penyulingan dan kimia utama. Namun, kilang di sana harus dirombak di tengah kebijakan reorganisasi perusahaan, Shell akan memangkas kapasitas produksi di sana hingga 50 persen.
Melansir Bloomberg, Rabu (11/11/2020), juru bicara perusahaan mengatakan Shell secara bertahap akan membuat perubahan dalam konfigurasi kilang Pulau Bukom selama tiga tahun ke depan. Merampingkan kilang dengan kapasitas produksi 500.000 barel per hari itu akan memangkas karyawan dari 1.300 orang menjadi 800 hingga 2023.
"Industri penyulingan sekarang harus menangani jumlah kapasitas yang diperkirakan akan lebih rendah secara signifikan, langkah penyesuaian yang sebelumnya diperkirakan masih akan lama menjadi kejutan yang datang tiba-tiba,” ujar Direktur IHS Markit, Rob Smith.
Perusahaan yang bermarkas di Den Haag, Belanda itu mengatakan konsumsi minyak akan terus turun saat dunia beralih ke bauran energi yang lebih bersih. Dampak pandemi Covid-19 hanya mempercepat wacana pergeseran itu, di tengah kapasitas penyulingan yang jauh melampaui permintaan bahan bakar.
Banyak perusahaan energi Eropa memulai transformasi produksi menjadi lebih bersih dan lebih hijau, dengan lebih sedikit aset minyak pada pertengahan abad ini. Bagi Shell, perubahan itu akan mengakibatkan pemangkasan 9.000 pekerja hingga akhir 2022, dengan penghematan biaya hingga 2,5 miliar dolar AS.
IHS Markit memperkirakan, lebih dari 8 juta barel per hari kapasitas penyulingan akan selesai dalam dekade berikutnya, dengan sekitar 5 juta barel sudah dalam pembangunan atau kemungkinan akan dipercepat. Perusahaan minyak di seluruh dunia semakin merasakan tekanan dari penyulingan yang semakin besar dan canggih, seperti di China dan Timur Tengah.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda