Pasar dan Bahan Baku Herbal Melimpah, Phapros Dukung Pengembangan OMAI
Rabu, 11 November 2020 - 23:59 WIB
JAKARTA - Direktur Utama PT Phapros Tbk (PEHA) Hadi Kardoko mengatakan, potensi obat herbal di dalam negeri masih sangat besar. Hal ini harus didorong untuk mengurangi ketergantungan bahan baku impor industri farmasi.
"Apakah pasar herbal cukup besar? Ya, cukup besar. Apakah diterima masyarakat? Tergantung bagaimana melakukan edukasi," ujarnya saat berkunjung ke MNC Portal di Gedung iNews Tower, Rabu (11/11/2020).
( )
Dia melanjutkan, produk obat di Indonesia mayoritas masih mengandalkan bahan baku dari luar negeri. Sekitar 95% bahan baku obat masih diimpor sehingga Indonesia baru menguasai industri hilir. Untuk itu, penggunaan bahan baku obat herbal harus didorong mengingat sumbernya sangat berlimpah di dalam negeri.
Menurut Hadi, masih perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi terkait produk herbal ini. Masyarakat masih belum sepenuhnya paham mengenai obat herbal.
"Pasarnya ada dan pemerintah mendorong pengembangan obat herbal. Kami juga punya obat herbal tetapi secara pasar belum masif sehingga harus dilakukan sosialisasi secara bertahap," ungkapnya.
Direktur Pemasaran PT Phapros Tbk Chairani Harahap mengatakan, mindset orang Indonesia terhadap produk herbal selalu produk jamu. Padahal produk obat herbal sangat beragam.
"Memang mindset orang Indonesia herbal itu jamu. Jadi orang Indonesia harus paham karena sekarang istilahnya diganti menjadi Obat Modern Asli Indonesia (OMAI)," tuturnya.
( )
"Apakah pasar herbal cukup besar? Ya, cukup besar. Apakah diterima masyarakat? Tergantung bagaimana melakukan edukasi," ujarnya saat berkunjung ke MNC Portal di Gedung iNews Tower, Rabu (11/11/2020).
( )
Dia melanjutkan, produk obat di Indonesia mayoritas masih mengandalkan bahan baku dari luar negeri. Sekitar 95% bahan baku obat masih diimpor sehingga Indonesia baru menguasai industri hilir. Untuk itu, penggunaan bahan baku obat herbal harus didorong mengingat sumbernya sangat berlimpah di dalam negeri.
Menurut Hadi, masih perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi terkait produk herbal ini. Masyarakat masih belum sepenuhnya paham mengenai obat herbal.
"Pasarnya ada dan pemerintah mendorong pengembangan obat herbal. Kami juga punya obat herbal tetapi secara pasar belum masif sehingga harus dilakukan sosialisasi secara bertahap," ungkapnya.
Direktur Pemasaran PT Phapros Tbk Chairani Harahap mengatakan, mindset orang Indonesia terhadap produk herbal selalu produk jamu. Padahal produk obat herbal sangat beragam.
"Memang mindset orang Indonesia herbal itu jamu. Jadi orang Indonesia harus paham karena sekarang istilahnya diganti menjadi Obat Modern Asli Indonesia (OMAI)," tuturnya.
( )
tulis komentar anda