Kadin Dorong Petani Jadi Konglomerat, Ini Caranya
Jum'at, 13 November 2020 - 20:35 WIB
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan Franky Oesman Widjaja mengatakan pertumbuhan sektor pertanian, termasuk pangan tetap tinggi pada saat sektor lain justru sedang menurun, sehingga perlu terus dikembangkan.
Melalui ajang Jakarta Food Security Summit (JFSS) kelima yang akan digelar pada 18-19 November 2020 mendatang, Kadin akan membentuk sistem kerja sama petani dengan korporasi, atau kelompok tani.
( )
Model kerja sama yang digagas Kadin adalah sistem Inclusive Closed Loop dan membangun ekosistem berusaha. Sistem ini, kata Franky, merupakan sebuah skema kemitraan yang saling menguntungkan dari hulu-hilir sehingga keberlanjutan produksi terjaga dan petani sejahtera.
"Petani jalan sendiri, yang kecil-kecil itu rata-rata gagal karena disiplinnya tidak ada, maupun tidak tahu caranya, dan tidak ada akses kepada bibit yang baik. Terus barangnya sudah diproduksi pun, jualnya susah, jadi serba susah," katanya dalam jumpa pers JFSS-5 dengan media massa nasional di Jakarta, Jumat (13/11/2020).
( )
Dia mengungkapkan, Kadin bersama Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture (PISAgro) telah berhasil memberikan pendampingan kepada lebih dari 1 juta petani yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan pendampingan, petani mampu meningkatan produktivitas yang secara otomatis meningkatkan pendapatan mereka.
Menurut Franky, meningkatkan produktivitas para petani dan sekaligus mencapai ketahanan pangan tidaklah mudah karena ada sejumlah kendala yang harus dihadapi, seperti ketersediaan lahan, benih unggul, pupuk, pembiayaan, pemasaran, irigasi, sarana penyimpanan hasil pertanian dan sarana prasarana lainnya, serta kelembagaan. Kendala lainnya juga, kebijakan pemerintah menyangkut bibit dan bahan baku peternakan sapi penggemukan.
( )
Melalui ajang Jakarta Food Security Summit (JFSS) kelima yang akan digelar pada 18-19 November 2020 mendatang, Kadin akan membentuk sistem kerja sama petani dengan korporasi, atau kelompok tani.
( )
Model kerja sama yang digagas Kadin adalah sistem Inclusive Closed Loop dan membangun ekosistem berusaha. Sistem ini, kata Franky, merupakan sebuah skema kemitraan yang saling menguntungkan dari hulu-hilir sehingga keberlanjutan produksi terjaga dan petani sejahtera.
"Petani jalan sendiri, yang kecil-kecil itu rata-rata gagal karena disiplinnya tidak ada, maupun tidak tahu caranya, dan tidak ada akses kepada bibit yang baik. Terus barangnya sudah diproduksi pun, jualnya susah, jadi serba susah," katanya dalam jumpa pers JFSS-5 dengan media massa nasional di Jakarta, Jumat (13/11/2020).
( )
Dia mengungkapkan, Kadin bersama Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture (PISAgro) telah berhasil memberikan pendampingan kepada lebih dari 1 juta petani yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan pendampingan, petani mampu meningkatan produktivitas yang secara otomatis meningkatkan pendapatan mereka.
Menurut Franky, meningkatkan produktivitas para petani dan sekaligus mencapai ketahanan pangan tidaklah mudah karena ada sejumlah kendala yang harus dihadapi, seperti ketersediaan lahan, benih unggul, pupuk, pembiayaan, pemasaran, irigasi, sarana penyimpanan hasil pertanian dan sarana prasarana lainnya, serta kelembagaan. Kendala lainnya juga, kebijakan pemerintah menyangkut bibit dan bahan baku peternakan sapi penggemukan.
( )
Lihat Juga :
tulis komentar anda