Mifa, yang Berlayar Sambil Membuat Perahu
Jum'at, 20 November 2020 - 00:05 WIB
ACEH BESAR - Menjalankan usaha di daerah yang aman dengan infrastruktur lengkap, itu sudah biasa. Akan tetapi lain cerita jika membuka usaha di daerah pascakonflik bersenjata, hancur porak poranda karena tsunami, serta minimnya infrastruktur pendukung industri, tentunya ini penuh tantangan tersendiri.
Tidak hanya diperlukan sumber-sumber daya yang cakap, tetapi juga harus memahami sosio kultur masyarakat setempat. Seperti yang dialami oleh sejumlah industri (tambang) di Provinsi Aceh, tepatnya Aceh Barat. Dari banyak perusahaan yang mencoba beroperasi di Aceh, PT Mifa Bersaudara membuktikan diri bisa bertahan dan terus tumbuh hingga saat ini.
Azizon Nurza, S.Pi, MM, MIPR, CPM Eksternal Relations, CSR and Corcomm Senior Manager PT Mifa Bersaudara membeberkan bagaimana tantangan serta terobosan yang dilakukan perusahaannya agar mendapatkan izin operasional dari masyarakat. Ia menuturkan dalam perjalanan awal usahanya, dimulai dengan pendekatan pada masyarakat. "Mifa mendekat, menyentuh dan membantu apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di daerah operasi," Ujarnya.
Azizon menjelaskan, tahapan awal perusahaan beroperasi dan tugas Tim External Relations, CSR & Corporate Communication (ECC) adalah meyakinkan dan membuktikan sebagai partner yang bisa dipercaya masyarakat untuk mengubah taraf hidupnya.
"Ini langkah awal yang paling penting. Kita membuktikan bahwa kehadiran di tengah masyarakat, tidak akan merugikan tetapi memberi manfaat lebih bagi masyarakat. Dan ini Kami betul-betul buktikan. Karena masyarakat di daerah konflik berbeda dengan masyarakat lainnya, mereka butuh kepercayaan," Ungkapnya.
Tak heran, di awal berdiri ia merekrut Tim ECC dimana 90 persen adalah putra-putri Aceh. "Tim ini sangat tahu bagaimana masyarakat secara sosio cultur, sehingga akan mudah untuk menyosialisasikan program kami," katanya.
Dengan pendekatan yang dilakukan, Mifa mendapat izin sosial dan diterima masyarakat. Pendeknya ungkap Azizon, di awal berdiri, diibaratkan seperti berlayar sambil membuat perahu.
"Di awal berdiri, sisi komunikasi menjadi ujung tombaknya. Melalui program CSR, Mifa hadir dan berinteraksi dengan masyarakat. Menyerap aspirasi dan memetakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat," Jelasnya.
Aceh sendiri merupakan daerah investasi yang menantang, konflik yang telah terjadi sejak lama serta bencana tsunami yang telah melanda beberapa waktu lalu telah membuat perubahan tatanan sosial yang menjadi tantangan bagi setiap investasi yang ingin masuk ke Aceh.
Tidak hanya diperlukan sumber-sumber daya yang cakap, tetapi juga harus memahami sosio kultur masyarakat setempat. Seperti yang dialami oleh sejumlah industri (tambang) di Provinsi Aceh, tepatnya Aceh Barat. Dari banyak perusahaan yang mencoba beroperasi di Aceh, PT Mifa Bersaudara membuktikan diri bisa bertahan dan terus tumbuh hingga saat ini.
Azizon Nurza, S.Pi, MM, MIPR, CPM Eksternal Relations, CSR and Corcomm Senior Manager PT Mifa Bersaudara membeberkan bagaimana tantangan serta terobosan yang dilakukan perusahaannya agar mendapatkan izin operasional dari masyarakat. Ia menuturkan dalam perjalanan awal usahanya, dimulai dengan pendekatan pada masyarakat. "Mifa mendekat, menyentuh dan membantu apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di daerah operasi," Ujarnya.
Azizon menjelaskan, tahapan awal perusahaan beroperasi dan tugas Tim External Relations, CSR & Corporate Communication (ECC) adalah meyakinkan dan membuktikan sebagai partner yang bisa dipercaya masyarakat untuk mengubah taraf hidupnya.
"Ini langkah awal yang paling penting. Kita membuktikan bahwa kehadiran di tengah masyarakat, tidak akan merugikan tetapi memberi manfaat lebih bagi masyarakat. Dan ini Kami betul-betul buktikan. Karena masyarakat di daerah konflik berbeda dengan masyarakat lainnya, mereka butuh kepercayaan," Ungkapnya.
Tak heran, di awal berdiri ia merekrut Tim ECC dimana 90 persen adalah putra-putri Aceh. "Tim ini sangat tahu bagaimana masyarakat secara sosio cultur, sehingga akan mudah untuk menyosialisasikan program kami," katanya.
Dengan pendekatan yang dilakukan, Mifa mendapat izin sosial dan diterima masyarakat. Pendeknya ungkap Azizon, di awal berdiri, diibaratkan seperti berlayar sambil membuat perahu.
"Di awal berdiri, sisi komunikasi menjadi ujung tombaknya. Melalui program CSR, Mifa hadir dan berinteraksi dengan masyarakat. Menyerap aspirasi dan memetakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat," Jelasnya.
Aceh sendiri merupakan daerah investasi yang menantang, konflik yang telah terjadi sejak lama serta bencana tsunami yang telah melanda beberapa waktu lalu telah membuat perubahan tatanan sosial yang menjadi tantangan bagi setiap investasi yang ingin masuk ke Aceh.
Lihat Juga :
tulis komentar anda