Gerah Jadi Pasar Asing, Erick Thohir Geber Perkawinan Teknologi dan Pangan
Kamis, 19 November 2020 - 18:15 WIB
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan, Indonesia tidak semata hanya menjadi market bagi produsen luar negeri. Namun, harus mampu menjadi produsen bagi negara-negara lain di dunia.
Ambisi itu seiring dengan upaya pemerintah yang tengah menyiapkan rencana kerja strategis hingga menuju Indonesia emas pada 2045 mendatang. Ada tiga sektor utama yang digenjot pemerintah, di antaranya ketahanan energi, ketahanan pangan, dan kesehatan.
Untuk sektor pangan, pemerintah akan melakukan ketahanan pangan secara sustainability (keberlanjutan). Penggarapan program ini pun dilakukan dengan pendekatan teknologi terbaru. ( Baca juga:Gula-Gula Erick Thohir buat Kebutuhan Garam yang Masih 'Asin' )
Makanya, Kementerian BUMN akan mengambil sejumlah langkah kerja sama, baik dengan sesama kementerian maupun dengan swasta dalam dan luar negeri untuk mendorong adanya ketahanan pangan dalam kerangka transformasi teknologi.
"Kami di Kementerian BUMN tentu bekerja sama, salah satunya dengan Kemenristek agar pertanian dan teknologi tinggi menjadi program yang bisa ditransformasikan bersama. Tentu kami juga melibatkan dan membangun ekonomi yang sehat dengan yang tertarik, apakah pihak swasta atau luar negeri. Tetapi yang penting juga tadi, adawin-win kepada Indonesia, karena kita tidak mau kita dijadikan market saja," kata Erick, Kamis (19/11/2020).
Dalam konteks pembentukan klaster pangan, lanjut Erick, untuk memenuhi pasar domestik, substitusi impor, serta meningkatkan ekspor pangan. Meski begitu, logistik dan teknologi masih menjadi instrumen yang belum dimiliki oleh Indonesia. ( Baca juga:Polisi Bidik Pemeran Pria dan Perempuan dalam Video Syur Mirip Gisel )
"Kan Covid-19 ini mengajarkan negara-negara yang bertahan itu adalah negara-negara yang punya market yang besar dan memiliki sumber daya alam. Tentu kita punya kekurangan yaitu logistik, teknologi, dan lain lain. Inilah kenapa Pak Presiden (Jokowi) selalu tekankan investasi pemerintah tetapi berjalan, maupun ke depan peningkatan ekspor untuk petani, peternak dan nelayan, ini yang kita harapkan," kata dia.
Menurut Erick, langkah penting yang harus dilakukan saat ini adalah membangun dan mengembangkan teknologi bagi Indonesia. Teknologi ini selanjutnya menjadi instrumen bagi pengembnagan pangan dan sektor lain di dalam negeri.
"Turunan ini kenapa lewat teknologi menjadi penting bagi kita, karena ini pengembangan dan nilai yang lebih tinggi lagi, daripada sekedar buat rohnya saja," katanya.
Ambisi itu seiring dengan upaya pemerintah yang tengah menyiapkan rencana kerja strategis hingga menuju Indonesia emas pada 2045 mendatang. Ada tiga sektor utama yang digenjot pemerintah, di antaranya ketahanan energi, ketahanan pangan, dan kesehatan.
Untuk sektor pangan, pemerintah akan melakukan ketahanan pangan secara sustainability (keberlanjutan). Penggarapan program ini pun dilakukan dengan pendekatan teknologi terbaru. ( Baca juga:Gula-Gula Erick Thohir buat Kebutuhan Garam yang Masih 'Asin' )
Makanya, Kementerian BUMN akan mengambil sejumlah langkah kerja sama, baik dengan sesama kementerian maupun dengan swasta dalam dan luar negeri untuk mendorong adanya ketahanan pangan dalam kerangka transformasi teknologi.
"Kami di Kementerian BUMN tentu bekerja sama, salah satunya dengan Kemenristek agar pertanian dan teknologi tinggi menjadi program yang bisa ditransformasikan bersama. Tentu kami juga melibatkan dan membangun ekonomi yang sehat dengan yang tertarik, apakah pihak swasta atau luar negeri. Tetapi yang penting juga tadi, adawin-win kepada Indonesia, karena kita tidak mau kita dijadikan market saja," kata Erick, Kamis (19/11/2020).
Dalam konteks pembentukan klaster pangan, lanjut Erick, untuk memenuhi pasar domestik, substitusi impor, serta meningkatkan ekspor pangan. Meski begitu, logistik dan teknologi masih menjadi instrumen yang belum dimiliki oleh Indonesia. ( Baca juga:Polisi Bidik Pemeran Pria dan Perempuan dalam Video Syur Mirip Gisel )
"Kan Covid-19 ini mengajarkan negara-negara yang bertahan itu adalah negara-negara yang punya market yang besar dan memiliki sumber daya alam. Tentu kita punya kekurangan yaitu logistik, teknologi, dan lain lain. Inilah kenapa Pak Presiden (Jokowi) selalu tekankan investasi pemerintah tetapi berjalan, maupun ke depan peningkatan ekspor untuk petani, peternak dan nelayan, ini yang kita harapkan," kata dia.
Menurut Erick, langkah penting yang harus dilakukan saat ini adalah membangun dan mengembangkan teknologi bagi Indonesia. Teknologi ini selanjutnya menjadi instrumen bagi pengembnagan pangan dan sektor lain di dalam negeri.
"Turunan ini kenapa lewat teknologi menjadi penting bagi kita, karena ini pengembangan dan nilai yang lebih tinggi lagi, daripada sekedar buat rohnya saja," katanya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda