Demi Langit Biru, Premium Dihapus?
Jum'at, 20 November 2020 - 07:16 WIB
Namun jika peredaran premium dihapus , Sekjen DPP PAN itu memberikan beberapa catatan. Pertama, penghapusan premium tersebut dilaksanakan secara bertahap dan tidak dihilangkan secara sekaligus agar tidak terjadi gejolak sosial. Selain itu Eddy juga meminta agar mempertahankan ketersediaan premium di daerah-daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Jika wacana penghapusan premium ini jadi kenyataan, bagaimana nasib angkutan umum? Sekretaris Jenderal Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Aryono angkat suara. Menurutnya, dihapusnya premium akan berdampak kepada masyarakat dan industri angkutan umum. (Baca juga: Tips Agar Anak Betah di rumah Selama Pandemi)
Beban operasional angkutan umum akan bertambah. Dengan dihapusnya premium, otomatis akan ada kenaikan tarif angkutan umum yang dirasakan masyarakat. “Wajar jika nanti ada kenaikan tarif, tapi secara umum industri angkutan umum juga akan terkoreksi. Terlebih setelah sebelumnya sudah sulit akibat kondisi Covid-19,” ujar Ateng dalam IDX Channel Market Review Live di Jakarta kemarin.
Ateng mengatakan, situasi pandemi saat ini menjadikan okupansi angkutan umum rendah. Hal ini terjadi secara menyeluruh di Indonesia. “Angkutan perkotaan kisaran okupansinya hanya 30–40%. Nanti mereka dibebani lagi dengan dihapusnya premium yang mengharuskan mereka membeli pertalite,” tambahnya.
Karena itu, jika premium dihapus, dia minta angkutan umum diberi harga khusus untuk BBM jenis pertalite. “Barangkali bisa diberi harga pertalite secara khusus pada angkutan umum,” ujar Ateng.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan wacana penghapusan premium hanya formalitas saja. Pasalnya dalam beberapa tahun terakhir premium sulit ditemukan di sejumlah SPBU. (Lihat videonya: Bupati Bogor Ade Yasin Terkonfirmasi Positif Covid-19)
Dia menilai kelangkaan ini menjadi bagian dari upaya pemerintah mengalihkan konsumsi masyarakat dari premium ke pertalite dan pertamax. “Faktanya premium kan sudah sangat sulit ditemukan di SPBU. Tanpa wacana penghapusan premium pun diam-diam Pertamina memaksa masyarakat memakai pertalite dan pertamax,” ujar Bhima. (Rina Anggraeni/Suparjo Ramlan/Djairan/Michelle Natalia)
Jika wacana penghapusan premium ini jadi kenyataan, bagaimana nasib angkutan umum? Sekretaris Jenderal Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Aryono angkat suara. Menurutnya, dihapusnya premium akan berdampak kepada masyarakat dan industri angkutan umum. (Baca juga: Tips Agar Anak Betah di rumah Selama Pandemi)
Beban operasional angkutan umum akan bertambah. Dengan dihapusnya premium, otomatis akan ada kenaikan tarif angkutan umum yang dirasakan masyarakat. “Wajar jika nanti ada kenaikan tarif, tapi secara umum industri angkutan umum juga akan terkoreksi. Terlebih setelah sebelumnya sudah sulit akibat kondisi Covid-19,” ujar Ateng dalam IDX Channel Market Review Live di Jakarta kemarin.
Ateng mengatakan, situasi pandemi saat ini menjadikan okupansi angkutan umum rendah. Hal ini terjadi secara menyeluruh di Indonesia. “Angkutan perkotaan kisaran okupansinya hanya 30–40%. Nanti mereka dibebani lagi dengan dihapusnya premium yang mengharuskan mereka membeli pertalite,” tambahnya.
Karena itu, jika premium dihapus, dia minta angkutan umum diberi harga khusus untuk BBM jenis pertalite. “Barangkali bisa diberi harga pertalite secara khusus pada angkutan umum,” ujar Ateng.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan wacana penghapusan premium hanya formalitas saja. Pasalnya dalam beberapa tahun terakhir premium sulit ditemukan di sejumlah SPBU. (Lihat videonya: Bupati Bogor Ade Yasin Terkonfirmasi Positif Covid-19)
Dia menilai kelangkaan ini menjadi bagian dari upaya pemerintah mengalihkan konsumsi masyarakat dari premium ke pertalite dan pertamax. “Faktanya premium kan sudah sangat sulit ditemukan di SPBU. Tanpa wacana penghapusan premium pun diam-diam Pertamina memaksa masyarakat memakai pertalite dan pertamax,” ujar Bhima. (Rina Anggraeni/Suparjo Ramlan/Djairan/Michelle Natalia)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda