Masa Depan Rekrutmen, Pekerja Fleksibel Tangguh & Tidak Malas Bakal Diburu
Sabtu, 28 November 2020 - 20:29 WIB
JAKARTA - Direktur Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas , Mahatmi Parwitasari Saronto menyebut bahwa tantangan berat ke depan ialah menciptakan lapangan kerja baru dibarengi dengan rekrutmen pekerja fleksibel yang punya rasa tanggung jawab dan tidak bermalas-masalan.
(Baca juga : Ratu Ambyar Sintya Marisca Jadi Co-Host The Next Didi Kempot GTV )
Mahatmi menyebut, Indonesia ke depannya harus mampu menciptakan tenaga kerja yang fleksibel dan adaptif untuk mengantisipasi mega tren. Adapun mega tren yang pertama adalah revolusi teknologi seperti yang berkembang seperti saat ini baik industri 4.0, digitalisasi, kecerdasan buatan, pemakaian biometrik, otomatisasi, robotik, big data dan lain lain.
(Baca juga : Mengenal Sepeda Listrik, Transportasi yang Sudah Menguasai Pasar 20 Tahun Terakhir )
"Itu akan mewarnai seluruh sendi kehidupan manusia, jadi teknologi akan membuka peluang baru di bidang yang belum pernah ada sebelumnya sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan UMKM dan peluang lainnya," ujar dalam Webinar Kagama Teraskita, Sabtu (28/11/2020).
Mahatmi menambahkan, perkembangan teknologi akan menciptakan jenis-jenis pekerjaan baru yang lebih produktif dan dalam jumlah besar jika dibandingkan dengan lapangan kerja yang hilang. Nantinya akan banyak muncul jabatan baru yang dalam 10 tahun lalu tidak ada di dunia ini, seperti digital marketing specialist, social media manager, app designer, app developer, cloud services specialist, youtuber dan blogger. "Jabatan-jabatan itu tentu saja harus diisi oleh mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan teknis atau hard skill di bidang science, technology, engineering and mathematics tapi juga punya soft skill yang unggul, seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, kreativitas, kemampuan pengelolaan SDM, kemampuan fleksibel secara kognitif, dan lainnya," kata dia.
Dia menyebut, kondisi-kondisi di atas juga akan mengarah kepada mega tren kedua yaitu revolusi keahlian. Keahlian tenaga kerja nantinya harus bisa menjawab tantangan perubahan pekerjaan, dimana jika tidak maka pekerja akan mengalami miss match yang jauh lebih besar dibanding saat ini. "Jika revolusi keahlian tidak diantisipasi, produktivitas tenaga kerja kita tidak akan meningkat, kita tidak mampu bersaing dengan negara-negara lain, sementara itu masyarakat yang tertinggal dan tidak mampu bertransisi tidak akan menikmati kesempatan ini," ucapnya.
(Baca juga : Ratu Ambyar Sintya Marisca Jadi Co-Host The Next Didi Kempot GTV )
Mahatmi menyebut, Indonesia ke depannya harus mampu menciptakan tenaga kerja yang fleksibel dan adaptif untuk mengantisipasi mega tren. Adapun mega tren yang pertama adalah revolusi teknologi seperti yang berkembang seperti saat ini baik industri 4.0, digitalisasi, kecerdasan buatan, pemakaian biometrik, otomatisasi, robotik, big data dan lain lain.
(Baca juga : Mengenal Sepeda Listrik, Transportasi yang Sudah Menguasai Pasar 20 Tahun Terakhir )
"Itu akan mewarnai seluruh sendi kehidupan manusia, jadi teknologi akan membuka peluang baru di bidang yang belum pernah ada sebelumnya sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan UMKM dan peluang lainnya," ujar dalam Webinar Kagama Teraskita, Sabtu (28/11/2020).
Mahatmi menambahkan, perkembangan teknologi akan menciptakan jenis-jenis pekerjaan baru yang lebih produktif dan dalam jumlah besar jika dibandingkan dengan lapangan kerja yang hilang. Nantinya akan banyak muncul jabatan baru yang dalam 10 tahun lalu tidak ada di dunia ini, seperti digital marketing specialist, social media manager, app designer, app developer, cloud services specialist, youtuber dan blogger. "Jabatan-jabatan itu tentu saja harus diisi oleh mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan teknis atau hard skill di bidang science, technology, engineering and mathematics tapi juga punya soft skill yang unggul, seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, kreativitas, kemampuan pengelolaan SDM, kemampuan fleksibel secara kognitif, dan lainnya," kata dia.
Dia menyebut, kondisi-kondisi di atas juga akan mengarah kepada mega tren kedua yaitu revolusi keahlian. Keahlian tenaga kerja nantinya harus bisa menjawab tantangan perubahan pekerjaan, dimana jika tidak maka pekerja akan mengalami miss match yang jauh lebih besar dibanding saat ini. "Jika revolusi keahlian tidak diantisipasi, produktivitas tenaga kerja kita tidak akan meningkat, kita tidak mampu bersaing dengan negara-negara lain, sementara itu masyarakat yang tertinggal dan tidak mampu bertransisi tidak akan menikmati kesempatan ini," ucapnya.
(nng)
tulis komentar anda