Contek China, Menteri ESDM Dorong Hilirisasi Industri Batubara
Selasa, 12 Mei 2020 - 07:53 WIB
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif berniat mengikuti jejak China terkait dengan hilirisasi pertambangan khususnya industri batubara. Menurutnya industri batubara bakal mengalami tantangan besar ke depannya, sehingga Ia menyoroti ketertinggalan Indonesia dari China dalam mengadopsi teknologi terkini dalam hilirisasi pertambangan.
( )
"Saya ingin memberi tahu bahwa industri batu bara akan mengalami tantangan berat akibat pandemi virus corona (Covid-19)," ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif di Jakarta.
Lebih lanjut Ia berencana akan mengalihkannya produksi batu bara dengan program hilirisasi yang mana batubaru bisa menghasilkan, gas, pupuk dan petrokimianya. Hal ini bisa dilakukan setelah China berhasil melakukan program hilirisasi pada batubara. "Kita ingin hilirisasi agar produksi batu bara tidak anjlok, seperti China yang mana berhasil melakukan proyek batubara dengan sintetis," jelasnya.
( )
Sebagai informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat melambatnya perekonomian global akibat pandemi Covid-19 berdampak pada turunnya permintaan batubara dari negara-negara konsumen utama batubara di kawasan Asia, antara lain China, Korea Selatan, India dan Jepang. Hal inilah yang menjadi penyebab utama turunnya Harga Batubara Acuan (HBA) untuk bulan Mei 2020 ke angka USD 61,11 per ton.
Ia sempat menerangkan, hilirisasi pertambangan seharusnya dibarengi dengan adopsi perkembangan teknologi baru. Sebab, pemanfaatan teknologi cerdas, model bisnis baru, dan penciptaan digitalisasi akan menambah nilai hilirisasi itu sendiri. Ujung-ujungnya, bisnis dapat tumbuh dengan pesat.
( )
"Saya ingin memberi tahu bahwa industri batu bara akan mengalami tantangan berat akibat pandemi virus corona (Covid-19)," ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif di Jakarta.
Lebih lanjut Ia berencana akan mengalihkannya produksi batu bara dengan program hilirisasi yang mana batubaru bisa menghasilkan, gas, pupuk dan petrokimianya. Hal ini bisa dilakukan setelah China berhasil melakukan program hilirisasi pada batubara. "Kita ingin hilirisasi agar produksi batu bara tidak anjlok, seperti China yang mana berhasil melakukan proyek batubara dengan sintetis," jelasnya.
( )
Sebagai informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat melambatnya perekonomian global akibat pandemi Covid-19 berdampak pada turunnya permintaan batubara dari negara-negara konsumen utama batubara di kawasan Asia, antara lain China, Korea Selatan, India dan Jepang. Hal inilah yang menjadi penyebab utama turunnya Harga Batubara Acuan (HBA) untuk bulan Mei 2020 ke angka USD 61,11 per ton.
Ia sempat menerangkan, hilirisasi pertambangan seharusnya dibarengi dengan adopsi perkembangan teknologi baru. Sebab, pemanfaatan teknologi cerdas, model bisnis baru, dan penciptaan digitalisasi akan menambah nilai hilirisasi itu sendiri. Ujung-ujungnya, bisnis dapat tumbuh dengan pesat.
(akr)
tulis komentar anda