BNI Optimistis Kredit Korporasi Terus Tumbuh hingga Akhir Tahun
Senin, 07 Desember 2020 - 09:35 WIB
Silvano menegaskan Indonesia masih memiliki potensi besar dengan berbagai sektor unggulan yang tidak dimiliki negara lain. Namun tetap dibutuhkan kolaborasi untuk mengoptimalkan potensi ini, agar ketika krisis berakhir segmen korporasi bisa pulih lebih cepat karena multiplier effect-nya sangat besar. (Baca juga: Penanganan Terkini Kanker Usus Besar)
“Perbaikan sektor korporasi akan berpengaruh ke segmen lainnya, bukan cuma sesama korporasi tetapi segmen consumer dan ritel,” terangnya.
Selain itu kebijakan regulator BI dan OJK sepanjang pandemi Covid-19 pun menurut dia sangat membantu, seperti perpanjangan insentif restrukturisasi kredit yang dilakukan. “Menjadi stimulus menjaga kualitas aset dan kestabilan rasio keuangan. Stimulus ini membantu perekonomian. Debitur mendapatkan tambahan waktu untuk pulih,” kata Silvano.
Berdasarkan survei yang dilakukan secara internal, sebagian besar debitur mengaku butuh waktu untuk bisa memperbaiki kondisi bisnis akibat pandemi. Alhasil, apa yang dilakukan regulator untuk membantu perbankan dan pelaku bisnis di dalamnya memang dampaknya bisa dirasakan.
“Sejalan dengan restrukturisasi dan sebagaimana strategi di tengah pandemi kami ambil langkah preventif pencadangan aset. Sehingga rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio BNI hingga kuartal III/2020 berada di level di atas 200%,” pungkasnya. (Lihat videonya: Tim Satgas Tinombala Memburu Kelompok MIT)
Seperti diketahui, pemerintah telah meluncurkan program kredit modal kerja untuk korporasi. Program ini merupakan dukungan untuk perusahaan non UMKM dan non BUMN sebesar Rp100 triliun.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, program ini adalah suatu kesempatan bagi pelaku usaha. “Perbankan telah menandatangani perjanjian penjaminan terutama untuk sektor padat karya yang merupakan sektor yang banyak mempekerjakan pekerja,” ujar Airlangga.
Menurut dia, sektor padat karya seperti garmen ini sudah mulai pulih, dimana beberapa order yang pada pertengahan kuartal kemarin mengalami penurunan atau pembatalan, kini mulai kembali melakukan pemesanan terutama dari Eropa. (Hatim Varabi)
“Perbaikan sektor korporasi akan berpengaruh ke segmen lainnya, bukan cuma sesama korporasi tetapi segmen consumer dan ritel,” terangnya.
Selain itu kebijakan regulator BI dan OJK sepanjang pandemi Covid-19 pun menurut dia sangat membantu, seperti perpanjangan insentif restrukturisasi kredit yang dilakukan. “Menjadi stimulus menjaga kualitas aset dan kestabilan rasio keuangan. Stimulus ini membantu perekonomian. Debitur mendapatkan tambahan waktu untuk pulih,” kata Silvano.
Berdasarkan survei yang dilakukan secara internal, sebagian besar debitur mengaku butuh waktu untuk bisa memperbaiki kondisi bisnis akibat pandemi. Alhasil, apa yang dilakukan regulator untuk membantu perbankan dan pelaku bisnis di dalamnya memang dampaknya bisa dirasakan.
“Sejalan dengan restrukturisasi dan sebagaimana strategi di tengah pandemi kami ambil langkah preventif pencadangan aset. Sehingga rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio BNI hingga kuartal III/2020 berada di level di atas 200%,” pungkasnya. (Lihat videonya: Tim Satgas Tinombala Memburu Kelompok MIT)
Seperti diketahui, pemerintah telah meluncurkan program kredit modal kerja untuk korporasi. Program ini merupakan dukungan untuk perusahaan non UMKM dan non BUMN sebesar Rp100 triliun.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, program ini adalah suatu kesempatan bagi pelaku usaha. “Perbankan telah menandatangani perjanjian penjaminan terutama untuk sektor padat karya yang merupakan sektor yang banyak mempekerjakan pekerja,” ujar Airlangga.
Menurut dia, sektor padat karya seperti garmen ini sudah mulai pulih, dimana beberapa order yang pada pertengahan kuartal kemarin mengalami penurunan atau pembatalan, kini mulai kembali melakukan pemesanan terutama dari Eropa. (Hatim Varabi)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda