Bantah Kajian Proyek DME Bikin Rugi Rp5 T Per Tahun, ESDM: Ada Perbedaan Asumsi Data
Rabu, 09 Desember 2020 - 12:23 WIB
Sedangkan PTBA telah melakukan FS secara komprehensif dengan asumsi data (sebagaimana tabel) yang menghasilkan keekonomian proyek dengan net present value (NPV) USD350 juta dan internal rate of return (IRR) sekitar 11% sehingga proyek ekonomis dan tidak rugi. Selain itu FS PTBA juga mempertimbangkan dampak ekonomi lainnya.
Selain keekonomian proyek, setidaknya terdapat enam poin dampak ekonomi dari hilirisasi batu bara untuk DME. Pertama, DME meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan impor LPG. Dengan penggunaan DME, akan menekan impor LPG hingga 1 juta ton LPG per tahun (kapasitas produksi DME 1,4 juta ton per tahun). Kedua, menghemat cadangan devisa hingga Rp9,7 triliun per tahun dan menghemat neraca perdagangan hingga Rp5,5 triliun per tahun.
Ketiga, akan menambah investasi asing yang masuk ke Indonesia sebesar USD2,1 miliar (sekitar Rp30 triliun). Keempat, pemanfaatan sumberdaya batu bara kalori rendah sebesar 180 juta ton selama 30 tahun umur pabrik. Kelima, adanya multiplier effect berupa manfaat langsung yang didapat pemerintah hingga Rp800 miliar per tahun. Keenam, pemberdayaan industri nasional yang melibatkan tenaga lokal dengan penyerapan jumlah tenaga kerja sekitar 10.570 orang pada tahap konstruksi dan 7.976 orang pada tahapan operasi. ( Baca juga:Kim Jong-un Jadikan Wina Pusat Operasi Intelijen di Eropa )
Selain itu, dalam mendukung implementasi substitusi LPG ke DME, Lemigas Balitbang ESDM telah melakukan uji coba terkait kompor DME. "Hasil uji coba kami, menunjukkan bahwa efisiensi kompor meningkat dari rata-rata 61,9% dengan penggunaan LPG, menjadi 73,4% apabila menggunakan DME. Sehingga keperluan DME untuk kebutuhan memasak terjadi penurunan, lebih rendah dibandingkan kebutuhan kalori teoritisnya," tambah Dadan.
Sebelumnya, lembaga kajian internasional Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) mengungkap bahwa proyek gasifikasi batu bara menjadi DME yang dikembangkan oleh PT Bukit Asam diperkirakan dapat menyebabkan kerugian hingga USD377 juta atau setara Rp5 triliun. Kerugian itu dapat menggerus penghematan yang didapatkan dari mengurangi impor LPG hingga Rp266,7 miliar atau USD19 juta.
Selain keekonomian proyek, setidaknya terdapat enam poin dampak ekonomi dari hilirisasi batu bara untuk DME. Pertama, DME meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan impor LPG. Dengan penggunaan DME, akan menekan impor LPG hingga 1 juta ton LPG per tahun (kapasitas produksi DME 1,4 juta ton per tahun). Kedua, menghemat cadangan devisa hingga Rp9,7 triliun per tahun dan menghemat neraca perdagangan hingga Rp5,5 triliun per tahun.
Ketiga, akan menambah investasi asing yang masuk ke Indonesia sebesar USD2,1 miliar (sekitar Rp30 triliun). Keempat, pemanfaatan sumberdaya batu bara kalori rendah sebesar 180 juta ton selama 30 tahun umur pabrik. Kelima, adanya multiplier effect berupa manfaat langsung yang didapat pemerintah hingga Rp800 miliar per tahun. Keenam, pemberdayaan industri nasional yang melibatkan tenaga lokal dengan penyerapan jumlah tenaga kerja sekitar 10.570 orang pada tahap konstruksi dan 7.976 orang pada tahapan operasi. ( Baca juga:Kim Jong-un Jadikan Wina Pusat Operasi Intelijen di Eropa )
Selain itu, dalam mendukung implementasi substitusi LPG ke DME, Lemigas Balitbang ESDM telah melakukan uji coba terkait kompor DME. "Hasil uji coba kami, menunjukkan bahwa efisiensi kompor meningkat dari rata-rata 61,9% dengan penggunaan LPG, menjadi 73,4% apabila menggunakan DME. Sehingga keperluan DME untuk kebutuhan memasak terjadi penurunan, lebih rendah dibandingkan kebutuhan kalori teoritisnya," tambah Dadan.
Sebelumnya, lembaga kajian internasional Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) mengungkap bahwa proyek gasifikasi batu bara menjadi DME yang dikembangkan oleh PT Bukit Asam diperkirakan dapat menyebabkan kerugian hingga USD377 juta atau setara Rp5 triliun. Kerugian itu dapat menggerus penghematan yang didapatkan dari mengurangi impor LPG hingga Rp266,7 miliar atau USD19 juta.
(uka)
tulis komentar anda